Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PDIP tentu menarik perhatian.Â
Isu tentang keterlibatan Guntur Soekarnoputra dalam membatalkan pencalonanSelama ini, banyak pihak menuding bahwa Presiden Jokowi ikut campur atau "cawe-cawe" dalam penunjukan Anies, terutama terkait pencalonannya di Jakarta. Tudingan tersebut sering datang dari internal PDIP, yang merasa Jokowi mempengaruhi keputusan partai.
Namun, sebuah surat yang konon datang dari Guntur Soekarnoputra kepada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dikabarkan menjadi bukti bahwa keputusan untuk tidak mendukung Anies berasal dari dalam tubuh PDIP sendiri. Surat ini memunculkan banyak spekulasi dan memperkuat dugaan bahwa sebenarnya ada perlawanan internal terhadap kemungkinan Anies menjadi cagub Jakarta dari PDIP.
Situasi ini mengingatkan kita pada peristiwa serupa ketika Anies dikabarkan akan dicalonkan oleh PDIP sebagai cagub Jawa Barat. Lagi-lagi, muncul resistensi, kali ini dari Ketua DPD PDIP Jawa Barat yang konon mendapat halangan dari "Mulyono dan gengnya." Ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap Anies bukan sekadar rumor, melainkan didasarkan pada dinamika internal partai.
Surat dari Guntur, jika benar adanya, menguatkan pepatah yang sering kita dengar, "satu jari menunjuk ke orang lain, empat jari menunjuk ke diri sendiri." Tuduhan bahwa Jokowi terlibat dalam keputusan PDIP terhadap Anies mungkin harus ditinjau ulang. Lebih masuk akal jika melihat bahwa resistensi ini justru datang dari dalam partai sendiri.
Ada banyak faktor yang menyebabkan sulitnya PDIP mendukung Anies. Namun, yang paling menonjol adalah perbedaan ideologi antara Anies dan para pendukungnya dengan ideologi PDIP. Anies, yang dikenal dengan pendekatan populis dan religiusnya, sering dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai nasionalis-sekuler yang dipegang oleh PDIP. Perbedaan ini membuat Anies sulit diterima oleh kalangan elit partai yang lebih konservatif dalam memegang garis ideologi.
Pertanyaannya sekarang, apakah PDIP akan mengakui bahwa resistensi terhadap Anies ini berasal dari perbedaan ideologi dan kepentingan internal, atau mereka akan terus berusaha membelokkan tuduhan ke arah Jokowi? Kita tunggu saja kelanjutan cerita ini. Yang pasti, dalam politik, fakta sering kali lebih kompleks daripada sekadar apa yang terlihat di permukaan.***MG
Sumber berita:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H