Baru - baru ini Jokowi membanggakan hasil pembangunan jalan tol yang telah dia lakukan. Presiden mengatakan bahwa ada 1900 km jalan tol yang dibangun dan merupakan pembangunan jalan tol terpanjang yang telah dibangun oleh seorang presiden Indonesia.
Seperti biasa, pernyataan ini langsung mendapat banyak tanggapan. Ada yang mengapresiasi tapi ada juga yang justru mencaci. Suatu reaksi yang nampaknya sudah biasa di negeri ini.
Mereka yang mengkritisi mengatakan bahwa jalan yang dibangun oleh Jokowi ini telah menyengsarakan rakyat, karena dana yang dipakai untuk membangun adalah dari hutang negara. Bahkan ada yang yang membandingkan pembangunan jalan yang dilakukan Jokowi sama dengan pembangunan jalan oleh Daendels yang banyak makan korban rakyat.
Membaca reaksi ini, terus terang penulis merasa sedih dan mengelus dada. Mengapa?
Kritikan seperti itu jelas berlebihan dan tidak pada konteksnya.
Memang sebagai presiden, Jokowi punya kekurangan, tapi untuk pembangunan infrastruktur yang bisa dinikmati oleh semua orang seperti ini, menurut penulis adalah sebuah prestasi yang patut mendapat penghargaan.
Kebetulan penulis berasal dari pedalaman Kalimantan Barat. Penulis dapat merasakan dan melihat sendiri, pembangunan infrastruktur di daerah terpencil dan perbatasan di era Jokowi ini sungguh lah bermanfaat bagi masyarakat.
Setelah puluhan tahun merdeka kami bisa merasakan seolah ditinggalkan oleh pembangunan. Setelah beberapa dekade merdeka masih banyak jalan rusak dan bahkan jalan tikus yang hanya bisa dilewati dengan sepeda motor atau bahkan jalan kaki saja.
Kondisi infrastruktur seperti ini tentu saja mempengaruhi harga kebutuhan pokok. Pada saat itu sudah biasa harga barang bisa berlipat ganda walau jaraknya hanya beberapa kilometer, karena hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki atau transportasi air yang mahal.
Namun saat ini, jalan - jalan tersebut sudah mulus. Ada kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri melihat wilayah terpencil di perbatasan bisa menikmati jalan aspal hotmix seperti di kota - kota besar di Jawa.