Nampaknya Anies sudah gerah dengan cap yang diberikan kepadanya sebagai "jagoan bermain kata - kata".Â
Untuk membenarkan sikapnya sekaligus untuk membela diri, maka dia dihadapan para milenial mengatakan bahwa narasi atau kata - kata adalah hal utama sebelum kerja. (Detik.com).Â
"Sering kali, akhir-akhir ini, kata-kata dianggap nggak penting yang penting kerja. Tahu kah Anda siapa yang jadi person of the year tahun 2019 di Majalah Times? Bikin apa dia? Bikin movement pakai apa? Kata-kata," kata Anies di depan para milenial di acara Milenial Fest 2019, di Balai Sarbini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2019).
Anies kemudian menjelaskan orang yang dimaksud, yakni Greta Thunberg saat ini berusia 16 tahun yang bersuara terkait lingkungan hidup di depan dunia. Menurutnya meskipun tidak memiliki pengalaman, kata-kata Greta berpengaruh.
Kala membaca ini, penulis melihat bahwa tuduhan bahwa Anies hanya jago teori bukannya disangkal oleh Anies, tapi justru dia sedang mengkonfirmasi hal ini. Pernyataan ini secara benderang mengatakan bahwa dirinya memang seorang teoritis.
Apalagi contoh yang diberikan adalah Greta Thunberg seorang gadis belia dari Swedia yang saat ini dikenal sebagai seorang campainer untuk Perubahan Iklim.
Sebagai seorang pengkampanye atau tokoh advokasi memang Greta menggunakan senjata kata - kata dan narasi sebagai senjata kampanye nya. Dan dia dihargai justru karena narasi dan argumentasi yang dia sampaikan untuk mengingatkan kita semua bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah kecil, tapi ini mempengaruhi seluruh nasib bumi dan umat manusia supaya bertindak sekarang atau terlambat sama sekali.
Kembali ke pernyataan Anies.Â
Kali ini dia terjebak oleh "kata - kata" nya sendiri. Mungkin maksudnya agar dirinya dimengerti dan bahkan ada semacam kritik tersembunyi pada sikap politik Jokowi "kerja, kerja, kerja".Â
Namun yang terlihat nyata bahwa dengan keyakinannya itu dirinya memang kurang cocok sebagai seorang praktisi di pemerintahan. Karena seorang birokrat dan praktisi bukan mengandalkan narasi tapi tindakan dan kecepatan mengambil keputusan.Â
Teori bisa menjadi panduan, tapi pengalaman kerja dan sikap kepemimpinan yang berani mengambil resiko akan tindakan tersebutlah yang seharusnya menjadi andalan.