Sumber gambar: Kompas.com
Kericuhan kasus KPK nampaknya sampai pada puncaknya. Hal itu di picu oleh persetujuan Jokowi atas revisi KPK dan terpilihnya ketua Pimpinan KPK justru adalah orang yang terbukti telah melakukan pelanggaran berat etika ketika bekerja di KPK.Â
Reaksi atas kedua hal ini, selain protes dan kecaman dari mereka yang mendukung KPK juga berasal dari para pimpinan KPK saat ini. Satu orang pimpinan secara resmi telah mengajukan pengunduran diri sedangkan yang lain menyerahkan mandat mereka ke Jokowi sebagai sikap menolak kedua hal di atas. (Kompas.com)
Ada kalangan yang menilai bahwa pengunduran dan penyerahan mandat itu adalah sikap tidak profesional bahkan sebagai sikap melepas tanggung jawab atau mbalelo. Benarkah demikian?
Kalau dikatakan sebagai sikap tidak profesional sebenarnya bisa dilihat dari jejak para pimpinan selama memimpin lembaga antikorupsi ini.
Selama periode mereka, KPK justru menunjukkan taringnya dengan pemberantasan korupsi yang semakin kencang. Para koruptor tidak berkutik dengan penangkapan dan membawa mereka ke balik jeruji besi.Â
Para koruptor ini bukanlah dari kalangan biasa tapi merupakan tokoh penting di lembaga pemerintah dan legislatif. Bahkan pimpinan DPR sendiri dipaksa menggunakan rompi orange oleh KPK. Kasus besar seperti BLBI pun kembali mereka buka.
Jadi dengan sikap menolak proses pelemahan KPK dengan merevisi UU KPK dan dipimpin oleh orang yang telah secara resmi melanggar etika KPK, adalah sikap profesional dalam menjaga marwah KPK, integritas dan etika sebagai pejuang pemberantasan korupsi di negeri ini.Â
Dalam hal ini, sikap Jokowi lah yang patut dipertanyakan. Jelas sekali dalam hal ini ada ketidakcocokan tekadnya untuk melawan korupsi dan memperkuat KPK dengan sikap permisif yang ditunjukkan dalam bersikap terhadap pemilihan pimpinan KPK dan revisi UU KPK.
Jalan aman dan tidak mau berjuang nampak jelas dalam sikap Jokowi kali ini.
Dalam pemilihan Pimpinan KPK, Jokowi bersikap bahwa semua proses sudah dilewati sehingga apapun hasilnya tidak perlu lagi dipertanyakan, padahal jelas ada protes keras dari berbagai kalangan terhadap orang tertentu yang diloloskan oleh panitia seleksi.Â