Badai internal ini lalu ditambah lagi dengan kegamangan mereka yang coba menjadi oposisi.Â
Hal itu terbukti karena jumlah pemilih mereka tidak terdongkrak oleh sikap kritis yang coba dibangun dari luar koalisi pemerintah.
Tentu, situasi inilah yang menjadi salah satu pertimbangan untuk masuk dalam koalisi pemerintah. Siapa tahu dengan perubahan kubu ini justru bisa mendompleng ketenaran Jokowi yang terbukti didukung lagi oleh mayoritas rakyat Indonesia.
Prediksi lain yang patut dikemukakan di sini adalah, walau mereka secara formal mengatakan tidak menuntut kursi menteri, namun fatsun politik menunjukkan fakta berbeda.
Jika benar mereka bergabung, maka hampir tidak mungkin Jokowi sama sekali tidak memberikan satupun kursi penting dalam pemerintahannya pada Demokrat.
Dalam hal ini, satu kursipun sudah cukup menjadi panggung bagi sang putra mahkota AHY untuk mempersiapkan diri sebagai calon orang nomor satu di periode berikutnya.Â
Jadi, sekali lagi, pernyataan politisi tidak pernah langsung titik. Ada koma - koma lain yang akan mengikuti setiap pernyataan mereka. Karena memang dunia politik adalah dunia perebutan kekuasaan yang tidak akan pernah menjadi lembaga sosial yang bisa memberi tanpa pamrih.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H