Mereka yang menolak punya alasan bahwa dinasti politik sudah membuktikan adanya resiko KKN yang tentu tidak sehat bagi kehidupan demokrasi kita.Â
Kalangan yang mendukung mengatakan bahwa, kenapa tidak, toh para putra Presiden Jokowi ini punya hak yang sama seperti warga lain untuk masuk ke kancah politik.Â
Sebenarnya ya atau tidak atas hal ini tentu tidaklah sederhana. Jika Gibran dan Kaesang berminat terjun ke dunia politik tentu tidak boleh hanya mengandalkan kepopuleran sebagai putra Presiden saja. Mereka juga harus bisa menunjukkan kualitas sebagai tokoh politik dan calon kepala daerah yang baik.
Kualitas politikus dan kepala daerah dalam hal ini bukan hanya soal kemauan tapi juga kemampuan dalam menjadi seorang pemimpin yang punya visi, mimpi serta kualitas kepribadian lainnya. Dan tentu saja semuanya itu harus terlihat dalam track record mereka.
Dengan melihat prasyarat ini, jika obyektif, nampaknya kedua putra Presiden ini belum siap. Jika dipaksa, mereka ibarat buah yang matang sebelum waktunya.Â
Untuk saat ini kita masih melihat mereka sebagai putra Presiden yang punya karakter pengusaha yang cukup baik. Belum ada jejak kepemimpinan dibidang publik dan sebagai tokoh politik.
Justru sikap mereka yang menjauhi kancah politik saat bapaknya menjadi Presiden adalah bentuk dukungan atas tugas dan tanggung jawab Jokowi. Dengan sikap ini, image Jokowi sebagai tokoh anti KKN mendapat nilai tambah.
Jadi, hasil survei dan antusiasnya para partai Politik hendaknya ditanggapi para putra presiden dengan bijaksana.Â
Jika mereka memang mau terjun ke dunia politik, perlu ditambah bukti dan jam terbang sehingga kualitas sebagai calon pimpinan dan politikus sungguh teruji dahulu.
Mungkin benar, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, tapi buah yang jatuh itu haruslah matang dahulu supaya bisa tumbuh dengan bagus dan subur. ***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H