Paket - paket serangan ke KPU dan Bawaslu rupanya tidak semakin surut. Nampaknya paket serangan kali ini berhubungan dengan banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia dalam menjalankan tugas.Â
Pada mulanya penulis mengira isu ini akan hilang dengan sendirinya, karena tuduhan konspirasi dalam kasus ini rasanya mengada ada. Tapi ternyata justru semakin merebak, bahkan Prabowo sendiri menuntut supaya para petugas yang meninggal iuni diotopsi.
Tuduhan konspirasi ini memang membuat penasaran. Karenanya penulis coba buat penyelidikan dari laporan media mengenai hal ini.Â
Ada beberapa laporan yang ditemukan: laporan 1; laporan 2; laporan 3; laporan 4; laporan 5.
Tentu masih banyak lagi laporan mengenai meninggalnya para petugas KPPS ini di media massa. Dari berbagai laporan ini dapat dibuat beberapa kategori penyebab meninggalnya mereka: penyakit bawaan, usia tua, kerja berlebihan 12 sampai 24 jam perhari atau kelelahan dan kecelakaan.
Kalau dilihat alasan ini masuk akal. Apalagi kebanyakan usia para anggota KPPS ini cukup tua yakni di atas 50 tahun.Â
Sebenarnya kematian para petugas KPPS ini tidak hanya terjadi pada pemilu kali ini. Menurut laporan KPU RI di Pemilu 2014 pun ada korban jiwa dari para petugas KPPS yakni sebanyak 157 orang. Padahal pada saat itu, kesibukan tidak seberat sekarang karena Pilpres dan Pileg dipisahkan.
Jika kita cari jejak digital meninggalnya petugas KPPS di Pemilu yang lalu pun ada seperti dilaporkan oleh Kompas.Â
Pada waktu itu memang tidak seheboh sekarang. Selain jumlahnya tidak sebanyak sekarang, juga waktu itu tidak ada pihak yang "menggoreng" isu tersebut.
Menurut penulis, tuduhan adanya konspirasi dalam hal ini adalah sangat berlebihan. Tuduhan ini seperti skenario film fiksi.Â
Betapa tidak. Aneka prediksi konspirasi itu seperti: stress berat karena diharuskan memenangkan capres tertentu, bahkan ada anggota DPR yang menyatakan kemungkinan diracun.Â