Nampaknya kubu Prabowo semakin panas. Dalam kondisi kekalahan sudah di depan mata, para anggota koalisi ini bukannya saling mendukung dan menguatkan, tapi justru saling menjatuhkan.
Akhir - akhir ini, karena ulah Demokrat yang mempertanyakan dasar kemenangan 62%, yang dengan cara Andi Arief dikatakan  sebagai bisikan setan gundul, membuat anggota koalisi lain menjadi berang. Terlebih Partai Gerindra.Â
Kisruh ini nampaknya membuat Gerindra menjadi emosi, sampai mempersilahkan partai Demokrat meninggalkan koalisi.
Situasi ini membuat pertikaian yang terjadi di koalisi Prabowo berada di level berikutnya. Level yang menyebabkan perpecahan koalisi semakin cepat terjadi.
Menurut Penulis ini adalah situasi logis dari suatu koalisi yang terbentuk karena hanya punya satu tujuan politik, yakni menempatkan sang Capres ke kursi Kepresidenan.Â
Pada saat tujuan itu tidak terlaksana maka koalisi itu secara alamiah akan bubar jalan.Â
Hal yang menjadi masalah adalah, justru karena walau secara realita Capres nya sudah kalah, namun tetap mengklaim kemenangan.Â
Tentu situasi ini membuat gamang anggota koalisi lain. Apalagi mereka sendiri tidak mengetahui apa persisnya dasar yang dipakai untuk mengklaim kemenangan tersebut.
Terus terang, ketika Andi Arief mempertanyakan dasar klaim kemenangan 62% Penulis merasa sangat aneh.Â
Masak sih anggota koalisi sendiri tidak tahu asal muasal angka 62% itu? Padahal katanya itu adalah dari hasil survei internal.
Hal ini menyebabkan pertanyaan dan kecurigaan: apakah benar mereka punya data?