Heboh pertemuan Prabowo yang mengundang media asing rupanya tidak terutama mengenai data kecurangan yang dikemukakan, tetapi pernyataan Capres 02 ketika ditanya wartawan mengenai sikapnya terhadap People Power.
"Terserah rakyat, itu adalah keputusan rakyat. Saya bukan seorang diktator. Saya tidak akan mengatakan ini atau itu. Saya tidak akan menyuruh orang-orang ke jalan, tapi saya meyakini mereka akan melakukan itu [karena dicurangi]. Karena, anda bisa lihat sejarah, rakyat Indonesia bukan kambing-kambing. Mereka tidak akan begitu saja menerima," ujar Prabowo di hadapan tamu-tamunya.
Nampaknya pernyataan Prabowo ini bersayap dan punya arti lebih dalam. Apalagi kalau dihubungkan dengan pernyataan nya, "Saya tidak akan menerima pemilu curang". Â
Menurut Prabowo, di tahun 2014 dia mau menyerah, namun pada Pemilu 2019 ini, karena pelanggaran yang begitu banyak maka mustahil baginya untuk menerima hasil pemilu yang dinilainya curang.
Pernyataan - pernyataan ini memberikan kesan kuat bahwa Prabowo memang akan melawan sampai akhir.Â
Walau dia sampaikan alasan untuk melawan sampai akhir ini karena merasa dicurangi, namun sikap tersebut menurut penulis, erat hubungannya dengan peluang bagi Prabowo untuk ikut kontestasi lagi di tahun 2024 semakin sempit.
Tentu bukan sikap seperti ini yang diharapkan publik. Apalagi kalau klaim - klaim kemenangan dan kecurangan yang disampaikan oleh kubu Prabowo tidak punya bukti kuat dan secara transparan disampaikan.Â
Sikap Prabowo yang bersikeras untuk melawan dengan menggunakan massa adalah hal yang sungguh mengkhawatirkan. Karena cara ini pasti menimbulkan konflik horizontal yang merugikan semua pihak.Â
Sebagai seorang pemimpin, tentu sikap negarawan yang kita harapkan dari Prabowo. Sikap untuk secara sportif mau menerima apapun hasil kontestasi dan tidak mengorbankan masyarakat demi ambisi pribadi. ***MG
sumber: