Hal itu disebabkan, Â meskipun Prabowo sudah berulangkali memproklamirkan kemenangan dan mengklaim keunggulan 63%, namun karena bukti fisik kemenangan itu tidak ada maka klaim itu menjadi hampa dan tong kosong belaka.
Dalam hal ini pernyataan bahwa mereka punya data dan sedang melakukan penghitungan suara adalah cara mengelabui lawan dan menunda saat untuk menyerah saja.
Juga tuduhan teriakan kecurangan sampai usulan untuk mengulangi pemilu dari kubu Prabowo adalah ibarat erangan terakhir dari orang yang sedang sekarat. Karena tuduhan itu tidak disertai bukti kuat dan akurat.
Strategi perang gerilya yang dilancarkan untuk menggalang People Power nampaknya juga tidak berdampak. Karena Pemerintah lewat TNI dan Polri sudah menyatakan dengan lugas bahwa gerakan inkonstitusional akan ditindak tegas.Â
Jadi sekarang ini Koalisi Prabowo sudah ibarat kapal yang akan tenggelam. Anggota - anggota koalisi nampaknya mulai mempersiapkan sekoci agar tidak ikut karam.
Ya, begitulah realita politik. Tidak ada teman abadi. Bagi para politikus kekuasaan juga pasti akan lebih menarik daripada idealisme perjuangan.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H