Melihat hasil Quick Count yang tidak diakui boleh Prabowo, kemudian dia juga mengklaim menang atas dasar real count internal, kita jadi ingat pernyataan Prabowo sebelumnya, "Hanya Kecurangan lah yang dapat mengalahkan" dirinya.
Pernyataan ini kemudian diteruskan oleh Amin Rais bahwa jika terjadi kecurangan maka kubu Capres 02 tidak akan membawanya ke MK, tapi akan melakukan People Power.
Kedua pernyataan ini lalu mendapat kelanjutan dari ketua Alumni 212 yang mengajak para pendukungnya untuk melakukan sujud syukur di Mesjid Istiqlal dan Monas.
Kalau dilihat dengan saksama, ketiga hal ini sepertinya adalah rangkaian reaksi dari satu strategi yang sama, yakni mau mendelegitimasi KPU dan hasil Pemilu.Â
Dengan rencana melakukan gerakan masa, ancaman People Power yang dikatakan oleh Amin Rais mulai menampakkan wujudnya. Ibarat badai, Â bibit - bibit angin people power itu sepertinya mulai ditaburkan.
Alasan mereka untuk tidak mempercayai hasil Quick Count, lalu melakukan gerakan masa untuk mengklaim kemenangan adalah logika melompat yang sengaja mereka buat untuk menciptakan kekacauan.Â
Jika mereka memang ingin pemilu ini damai maka ketidak percayaan pada Quick Count cukup diwujudkan dengan menunggu hasil final real count dari KPU.Â
Namun memang tujuannya bukan hanya itu. Ini patut diduga sebagai skenario untuk mendelegitimasi bukan hanya hasil pemilu tapi juga institusi KPU itu sendiri. Hanya dengan demikianlah mereka bisa membatalkan kemenangan dari Jokowi.
Tentu situasi dan cara ini sangat tidak kita harapkan. Sebenarnya, kalau mereka patuh akan pesan Prabowo yang menekankan dan mengingatkan para pendukungnya untuk tidak melakukan kekerasan dan provokasi, pengerahan masa alumni 212 itu juga tidak akan mereka lakukan, karena jelas hal tersebut akan menimbulkan keresahan.
Kita tunggu sekali lagi kenegarawanan sosok Prabowo. Apakah dia bisa mendinginkan para pendukungnya. Jika itu tidak dia lakukan, maka orang akan curiga bahwa dia bermain di dua muka.Â
Satu muka sikapnya untuk bersabar dan tidak provokatif, tapi muka lain adalah merestui terjadinya provokasi dengan mengijinkan Alumni 212 melakukan pengerahan masa ke Istiqlal dan Monas.