Debat pemungkas adalah debat terakhir. Sebenarnya debat ini harus lebih panas dan Trengginas. Namun harapan itu nampaknya tidak sepenuhnya terealisasi.
Memang dalam kata pembukaan pernyataan visinya, Prabowo dan Sandi langsung menyerang. Prabowo mengatakan ekonomi salah dan kehilangan arah. Banyaknya kebocoran dan hilangnya sumber daya alam kita.Â
Serangan ini tidak terasa panas karena sebenarnya tidak ada yang baru dari pernyataan Prabowo ini. Bahkan terasa seperti memutar piringan rusak yang selalu terulang.
Sandi coba juga mengkritisi lewat pernyataan visinya. Tapi kembali tidak ada yang menggigit. Karena apa yang dikatakan Sandi mengenai kesulitan ekonomi berdasarkan kesaksian seseorang adalah pengulangan dari apa yang sudah sering dia katakan. Kali ini Sandi mengklaim kesaksian ibu Nurjanah. Mudah - mudahan nama ini tidak keliru lagi.
Dalam pernyataan visinya, Jokowi menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi harus dibarengi pemerataan dan keadilan. Pembangunan infrastruktur dilakukan di seluruh pelosok negri adalah bagian dari usaha pemerataan tersebut. Tanpa pemerataan maka pembangunan akan menyebabkan ketimpangan dan ketidakadilan.
Capres 01 ini juga mengatakan pembangunan ekonomi memerlukan kemandirian. Jokowi mengatakan bahwa akuisisi Freeport, blok migas Rokan dan Mahakam adalah contoh bahwa kita bisa menguasai sumber daya alam kita.Â
Seperti biasa Capres 01 ini juga memperkenalkan ketiga kartu andalannya: kartu pra kerja, kartu sembako murah dan kartu beasiswa.
Dari visi ini kemudian diikuti debat dengan tema ekonomi, investasi, keadilan sosial dan tax rasio.
Di debat kali ini nampaknya ada satu persoalan yang jadi titik lemah dari Pasangan Prabowo Sandi.
Hal itu dengan gamblang dinyatakan Jokowi. Dikatakan oleh Capres 01 ini persoalan - persoalan ekonomi yang sedang diperdebatkan adalah persoalan ekonomi makro, tapi solusi dan jawaban yang diberikan Capres 02 adalah menyangkut ekonomi mikro.Â
Contoh yang Sandi seringkali katakan berdasarkan pengalaman seseorang jelas tidak bisa dijadikan dasar suatu program ekonomi makro yang butuh data yang lebih komprehensif.