SBY nampaknya punya kekhawatiran yang besar atas warna dari kampanye Akbar Prabowo di Senayan Minggu (7/11/19). Sampai - sampai dia harus mengirim surat panjang ke Panitia.
Sebagian isi suratnya itu adalah:
Penyelenggaraan kampanye nasional (dimana Partai Demokrat menjadi bagian didalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan 'inclusiveness', dengan sasanti 'Indonesia Untuk Semua' juga mencerminkan kebhinnekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. 'Unity in diversity'. Cegah demonstrasi apalagi 'show of force' identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuasa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem.Â
Nampaknya dari isi suratnya ini, SBY merasa kampanye itu telah ditunggangi ideologi yang tidak sesuai dengan keyakinan partai Demokrat.Â
Terutama ideologi yang mengancam toleransi dan kebhinekaan yang menjadi dasar negara ini.
Kalau sampai SBY harus menulis surat seperti ini maka pastilah keakuratan dari informasi yang dia terima cukup baik.
Seperti diketahui, dalam kampanye sebelumnya, di tempat lain sempat ada bendera dari organisasi yang sudah secara hukum di larang di Indonesia.
Dan pasti SBY juga mendengar akan ada seruan langsung dari televisi dari Rizieq Shihab dalam acara kampanye tersebut.
Walau dalam pernyataan nya pada debat Capres yang lalu, bahwa Prabowo merasa difitnah karena dikatakan dirinya mendukung Khilafah, tapi kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda.
Sebenarnya yang menjadi pertanyaan adalah, bukan isi surat SBY saat ini, tapi mengapa seolah SBY baru menyadari bahwa Capres yang partainya dukung memang mempunyai pengikut dari organisasi radikal dan eklusif?Â