Penulis kira masih banyak kita yang tahu lagu nostalgia, "Tinggi Gunung Seribu Janji", yang dipopulerkan oleh penyanyi Bob Tutupoli dan Broery Pesolima.
Bagi yang mungkin agak lupa inilah Syairnya:
Memang lidah tak bertulang
Tak terbatas kata-kata
Tinggi gunung s'ribu janji
Lain di bibir lain di hati
Syair lagu ini pas untuk janji - janji yang saat ini diucapkan Prabowo.
Dalam hal ini bukannya penulis mau mendiskreditkan capres 02 ini, tapi hanya mau menguji sampai di mana landasan yang rasional dari janji - janji tersebut.
Janji yang selalu dia dengung - dengungkan adalah menutup kebocoran keuangan negara yang menurutnya sampai ribuan triliun. Namun saat ditanya caranya, sampai saat ini kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan untuk menutup kebocoran itu.
Ironisnya justru namanya ada dalam deretan pengusaha yang diduga menyembunyikan uangnya di luar negeri demi menghindari pajak, di mana namanya ada di Panama Papers dan Paradise Papers.
Hal lain yang juga ia sering katakan adalah, sampai saat ini kita tidak bisa menikmati kekayaan alam kita yang berlimpah. Dan dia kembali berjanji, jika menjadi Presiden akan menggunakan seluruh kekayaan alam itu untuk rakyat Indonesia.Â
Dalam hal ini juga tidak ada satu program pun yang dia kemukakan terkait hal tersebut. Tentu tidak mudah untuk begitu saja merebut kontrak - kontrak yang sudah ada menyangkut pengelolaan SDA itu.Â
Dan seandainya pun itu dilakukan, pengalaman Venezuela yang coba mengelola sendiri semua kekayaan minyak nya, merebut tanah - tanah luas dari para pemiliknya, justru terpuruk menjadi negara di ambang kegagalan saat ini.Â
Nampaknya antara merebut dan mengelola dengan benar adalah dua hal yang sangat berbeda.
Litani janji juga diucapkan capres 02 ini menyangkut meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan, pedagang kecil.Â
Deretan janji inipun tanpa rencana konkrit bagaimana menerapkannya. Justru yang muncul di permukaan adalah, bagaimana sampai saat ini karyawan dan pabrik PT Kiani Kertas, masih berdemo menuntut pembayaran gaji mereka.
Prabowo yang mengaku antikorupsi juga berjanji akan mengejar sampai Kutub Utara mereka yang sudah mencuri uang negara.Â
Untuk menanggapi ini mungkin cukup bagi penulis mengutip tweet dari cucu Bung Hatta, Gustika yang dalam akun Tweeter nya mengatakan, "Ga mau sekalian mengejar Mertua lo ke alam barzah?"
Terakhir yang sedang hangat adalah janjinya untuk mengembalikan tanah dan HGU yang saat ini dia miliki ratusan ribu hektar. Syarat yang semula "jika pemerintah membutuhkan nya" , namun pada saat ditagih Jokowi di ubahnya menjadi "jika saya jadi presiden".
Dengan syarat ini, tentu sulit Prabowo menepati janjinya karena secara obyektif, dengan melihat hasil survei dan prediksi elektabilitas banyak lembaga survei arus utama yang kredibel, jarak elektabilitas nya masih cukup jauh.
Sebenarnya masih banyak lagi janji lain, namun janji - janji diatas cukup mewakili hal tersebut.
Kembali pada lirik lagu lawas di atas, "memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata - kata. Tinggi gunung seribu janji. Lain di bibir lain di hati".Â
Rangkaian kata yang sangat bermakna jika janji tersebut bukan berlandaskan hal rasional, realita dan rekam jejak.
Pasti ada yang membela dan berkata, tentu nanti semua program itu akan dibuat. Mengenai rekam jejak, kan Prabwo belum menjadi presiden, nanti jika jadi, pasti dia akan melakukan janji itu. Dia belum punya wewenang kok.
Untuk pembelaan yang pertama, tentu tidak bisa dijadikan alasan. Program adalah rencana yang harus ada sebelum pelaksanaan. Dan hakekat dari kampanye adalah adu program, bukan adu janji.
Bagi yang mengajukan keberatan dengan alasan hal kedua, tentu tidak dituntut pengalaman dan rekam jejak jadi Presiden karena Prabowo masih capres.Â
Namun dengan posisi - posisi yang sudah dia duduki, tentu ada cerita keberhasilan jika capres 02 ini sungguh - sungguh punya passion dan usaha dari hal - hal yang ia janjikan. Meskipun hal itu dalam level berbeda.
Dengan melihat semua ini, mungkin senandung syair ini bisa meramaikan gerakan tari Prabowo yang memang suka joget. Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata - kata...***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H