Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Makna di Balik Surat SBY?

1 Maret 2019   07:15 Diperbarui: 1 Maret 2019   15:16 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.tribunnews.com

Setelah santer terdengar bahwa AHY akan menggantikan SBY, kini SBY menulis surat khusus dari Singapura, tempat ia menunggu ibu Ani Yudhoyono yang sedang sakit.

Isi surat sebenarnya tidak istimewa, karena merupakan instruksi kepada partai apa saja yang harus dilakukan selama dia absen agar pemilu dan pilkada serentak ini bisa dimenangkan.

Surat ini menjadi istimewa karena di sana ada perintah dan penunjukkan langsung siapa yang menjadi jendral lapangan dalam menjalankan strategi partai untuk pemenangan.

Ada dua orang yang secara khusus disebut di sana, AHY dan Edhie Baskoro. Keduanya adalah putra SBY. 

Dari kacamata politik, signal ini memberikan tanda yang sangat jelas: persiapan pemindahan tampuk kekuasaan untuk memimpin partai Demokrat.

Mengapa hal itu dapat dibaca demikian? Pertama, penyerahan wewenang dalam kondisi ini, jelas sudah ada signal untuk alih generasi.

Hal lain, pemilu dan pilkada serentak kali ini sangat penting untuk Demokrat. Sebagai Partai yang pernah berkuasa, ini adalah titik kritis, di mana merupakan pembuktian apakah partai PD bisa bangkit lagi atau justru turun peringkat ke partai gurem.

Momen yang begitu penting seperti ini tentu tidak akan diserahkan tanggungjawabnya kepada orang sembarangan. 

Dalam hal ini SBY nampaknya berani ambil resiko. Karena kepemimpinan kedua putranya ini bisa dipandang sebagai batu uji, apakah mereka sungguh kompeten atau tidak dalam memimpin partai berlambang mercy ini.

Pertaruhan ini besar. Jika kemudian mereka gagal apakah partai PD bisa bangkit lagi?

Kembali mengenai penunjukan ini dalam konteks politik Indonesia. Jelas hal tersebut menunjukkan bahwa politik nepotisme masih sangat kental. Profesionalitas, pengalaman dan kompetensi kurang menjadi pertimbangan untuk menciptakan partai politik berkualitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun