Entah apa yang terjadi, tiba - tiba ada tantangan saling sumpah para purnawirawan Jenderal, antara Wiranto, Kivlan Zen dan Prabowo. Kebetulan  mereka sekarang secara politik sedang berada di dua kubu berbeda.
Kalau masih sebagai Jenderal aktif mungkin peristiwa ini bisa dikatakan sebagai perang bintang.
Sumber pertikaian adalah saling tuduh sebagai biang penyebab terjadinya tragedi kerusuhan 1998.
Wiranto menantang Kivlan dan Prabowo untuk melakukan sumpah pocong untuk menentukan dengan tuntas siapa yang bersalah dalam peristiwa kerusuhan itu.
Memang peristiwa tragis itu, walaupun sudah 20 tahun berlalu masih menyisakan kabut misteri yang belum terpecahkan. Siapa sebenarnya dalang dari semuanya?
Sudah berbagai analisa dan teori di sampaikan. Dari analisa itu ada banyak nama berseliweran, tapi dari setiap opini itu tetap nama Wiranto dan Prabowo yang menjadi tokoh sentral.Â
Hal ini tidaklah mengherankan karena keduanya memang saat itu memegang peran penting dalam kancah politik yang saat itu sedang memanas.Â
Wiranto sebagai Panglima TNI yang memang paling berperan dalam mengatur situasi keamanan saat itu. Prabowo sebagai menantu Soeharto, Presiden pemegang kekuasaan tertinggi yang saat itu sedang digoyang.
Tulisan ini tidak mau membahas detil mengenai siapa yang menjadi biang dan tokoh penyebab kerusuhan 1998. Biarlah para ahli sejarah yang berkompeten melakukan nya.
Tulisan ini mau menempatkan pertikaian itu dalam konteks politik saat ini. Secara khusus dalam kerangka Pemilu dan Pilpres.
Dalam konteks ini, sebenarnya membangkitkan kembali peristiwa itu yang paling dirugikan justru kubu Prabowo. Sebagai pihak yang sejalan dengan Prabowo, penulis tidak tahu apa alasan sebenarnya dari Kivlan.Â