Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politikus "Sakit Jiwa" Menggerogoti Politik Indonesia

22 Februari 2019   06:24 Diperbarui: 22 Februari 2019   08:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com

Kalau kita melihat peran dan tingkah beberapa oknum politikus di negara ini rasanya ada yang benar - benar membuat publik gerah. Betapa tidak, mereka selalu menunjukkan tingkah dan ujaran kata yang hampir selalu bertentangan dengan kenyataan dan melawan akal sehat. 

Peran mereka yang seharusnya mengawasi dan mengawal proses pembangunan diwujudkan dengan kritik nyinyir bahkan kadang-kadang bertingkah kekanak - kanakan. Ungkapan Gus Dur bahwa  DPR sebagai taman kanak-kanak menunjukkan kebenaran nya.

Sebagai politikus, di mana tujuan hakiki dari politik adalah Bonum Comune atau kebaikan untuk orang banyak, nampaknya bukan menjadi landasan cita - cita politik mereka. 

Penulis cukup yakin, para politikus ini pasti tahu apa reaksi kebanyakan masyarakat atas tingkah polah dan kenyinyiran mereka. Di mana setiap berita tentang mereka ditanggapi dengan kritikan, bahkan cacian dan kemarahan. Coba baca saja komentar pembaca di setiap  berita mengenai mereka. 

Namun reaksi para politikus ini bukannya berubah, malahan semakin menjadi - jadi. Mereka tidak peduli. 

Kadang - kadang penulis pikir jangan  - jangan justru mereka menikmati cacian dan kemarahan itu sebagai bagian dari kepopuleran. Menikmati cacian seperti ini mungkin dapat dikategorikan sebagai sakit jiwa Masokis, merasakan kesakitan sebagai suatu kenikmatan. 

Dalam hal ini mereka sengaja berperan bagai aktor antagonis dari sebuah sinetron. Suatu peran yang menjadikan mereka  terkenal karena lakon kejahatan yang diperankan.

Kalau memang itu yang terjadi, mereka justru merasa tidak puas jika tidak ada cacian, sehingga politikus ini terus berusaha bertingkah kekanakan tanpa rasa malu  dan berujar nyinyir yang semakin menjengkelkan.

Tentu saja, kehidupan politik kita sangat dirugikan oleh politikus seperti ini. Karena mereka tidak punya kontribusi apapun untuk mewujudkan Bonum Comune.

Lalu bagaimana cara kita membersihkan kehidupan politik kita dari para politikus "Masokis Antagonis" ini? 

Hanya ada satu cara: jangan pilih mereka dan kerdilkan  partai politik yang berperan sebagai politikus "Masokis Antagonis" yang menjadi sarang mereka. Jangan biarkan para politikus sakit jiwa ini menggerogoti kehidupan politik kita.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun