Penulis tidak menyangka bahwa debat mengenai luasnya tanah yang dimiliki oleh Prabowo menjadi debat yang berlarut-larut.
Semakin penulis kembali tak menyangka JK ikut nimbrung dengan mengatakan dialah yang telah memberikan lahan tersebut untuk dibeli Prabowo. Apalagi dengan kesimpulan nya, 'tidak ada yang salah dengan hal itu'.
Ya, debat seputar masalah ini menjadi begitu panas. Berputar melingkar sampai kita tidak tahu masalah apa sebenarnya yang diperdebatkan.
Patut diduga bahwa sebenarnya debat ini sengaja disesatkan. Perdebatan dengan sengaja dibuat sedemikian hingga arahnya menjadi tidak jelas. Persoalan sebenarnya sengaja dikaburkan.
Untuk melihat hal ini dengan jernih, maka harus dilihat dalam konteks debat.
Kalau dilihat dalam konteks debat, Jokowi bukannya mempersoalkan legalitas dari lahan Prabowo, tapi lebih pada masalah konsistensi dan integritas.
Dalam konteks debat, ketika Jokowi menjelaskan mengenai tema agraria dengan menampakkan bahwa kepastian hukum persoalan tanah sudah diperhatikan oleh pemerintahannya dengan pemberian sertifikat gratis, Prabowo mengkritisi hal itu.
Prabowo berkata, kalau dibagi terus bakalan habis. Kemudian dia mengutip ayat yang ada dalam UUD 45 yang berbunyi, "Tanah dan air dikuasai oleh negara untuk kepentingan sebesar - besarnya bagi masyarakat...".Â
Dengan tanggapan ini, di mana seolah-olah Prabowo mau membela masyarakat kecil, Jokowi melihat celah untuk menunjukkan bahwa hal itu tidak konsisten dengan kenyataan yang ada dalam diri Prabowo.Â
Di satu sisi, dia mengatakan bahwa membela masyarakat kecil yang sulit mendapatkan lahan, sementara dia sendiri menguasai ratusan ribu hektar lahan.
Persoalan ini semakin buruk ketika Capres 02 mengakui bahwa memang dia memiliki lahan itu, tapi daripada diberikan ke orang lain lebih baik dia kuasai sebagai orang yang punya jiwa "nasionalis dan patriot".