[caption id="attachment_367826" align="aligncenter" width="350" caption="http://www.suaranews.com/"][/caption]
Umur pemerintahan Jokowi masih seumur jagung, namun nampaknya tantangan dan ancaman pemerintahan ini terus saja terjadi. Entah itu dari luar maupun dari dalam lingkaran kepresidenan atau partai politik.
Kalau dari luar nampaknya Jokowi cukup tegar. Terbukti dengan kasus penenggelaman kapal pencuri ikan dan hukuman mati terpidana narkoba. Nampaknya yang jadi permasalahan Jokowi adalah rongrongan dari dalam.
Sudah bukan rahasia umum bahwa partai pendukungnya sendiri sering berseberangan dan intervensi dengan kebijakan beliau ambil. Beberapa tokoh koalisi juga berulang kali coba mendikte dan “mengambil keuntungan” dari pusat kekuasan yang dipimpin Jokowi. Bahkan semakin telanjang dan berulang-ulang, wakilnya sendiri blak-blakan ambil sikap berseberangan atau secara vulgar mempertanyakan kebijakan yang Jokowi ambil.
Ada beberapa peristiwa dan kebijakan yang terekam, di mana sang wakil secara kentara mengambil sikap berbeda:
-Sikap terhadap kabinet ramping dan kabinet gemuk
-Sikap terhadap pemberantasan korupsi dan KPK
-Soal kasus KPK dan BG
-Pembentukan dan menyerahan wewenang staff kepresidenan.
-JK mengkritik Menteri Kelautan dalam tindakan penenggelaman kapal illegal fishing
-Soal impor beras di mana JK membuka impor sedang Jokowi menegaskan tidak ada impor
-Sikap terhadap pembekuan PSSI yang didukung Jokowi tapi ditentang JK
Jika ditelusuri lebih teliti masih banyak berbedaan sikap antara Jokowi dan JK dan pasti akan bertambah lagi.
Sejauh ini perbedaan itu masih bisa diredam. Namun sampai kapan?
Sebenarnya sikap JK ini adalah de ja vu, pengulangan dari apa yang sudah terjadi ketika beliau menjadi wakil SBY. Hanya saja yang membedakan, ketika di rezim SBY jadi terkesan bahwa JK lebih trengginas sedangkan SBY lamban.
Untuk kasus sekarang ini, terutama dalam kebijakan yang menyangkut tekad Jokowi untuk menegakkan hukum, melawan mafia dan membongkar kebrobrokan lama terkesan bahwa JK punya skenario dan kepentingan yang berbeda.
Tentu tidak kita harapkan perbedaan-perbedaan itu terjadi karena pasti akan mengganggu efektifitas dan kesuksesan pemerintahan ini. Juga tidak boleh ada matahari kembar, yang berarti JK harus bisa menahan diri untuk tidak cuap-cuap dulu sebelum jelas apa yang dikehendaki Jokowi.
Jika JK tetap dengan sikapnya tersebut maka pasti timbul kesan bahwa JK sedang merongrong pemerintahan dan akan mengambil keuntungan dari padanya. Mengapa? Karena jika Jokowi dikritik dan sampai diturunkan tentu orang nomor dua yang akan ambil kuasa.
Pertanyaan nakal yang dapat diajukan juga jika JK tetap seperti sekarang ini: yang pertama harus di reshuffle adalah para mentri atau wakil?****MG
http://sp.beritasatu.com/home/jk-bantah-disebut-berbeda-pendapat-dengan-jokowi/77285
http://www.islamtoleran.com/wapres-jk-kecam-mentri-susi-bakar-membakar-kapal-bukan-zamannya-lagi/
http://koran.tempo.co/konten/2015/05/26/373762/Jokowi-dan-Kalla-Berbeda-Sikap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H