[caption id="attachment_353727" align="aligncenter" width="334" caption="Ruki/http://www.jia-xiang.biz"][/caption]
Dalam kegiatan unjuk rasa para pegawai KPK tadi, kembali Ruki menunjukkan siapa dia sebenarnya. Dia hadir, yang katanya karena dia juga adalah pegawai KPK. Ketika para pegawai KPK berorasi yang isinya sangat keras dan jelas menkritik dirinya, dia menyimak dengan tenang. Lagu “maju tak gentar” yang dijadikan lagu perjuangan para staff institusi anti ruasuah inipun diikutinya dengan penuh semangat.
Ketika diberi waktu untuk bicara dia berkata, “Saya bangga dengan pegawai KPK di mana saya ikut andil membentuknya”. Diapun tanpa ragu membubuhkan tandatangan pada sehelai kain yang menunjukkan diapun setuju untuk tidak menyerahkan kasus BG ke Kejaksaan.
Untuk saya pribadi, “pertunjukan” Ruki ini sungguh merupakan gambaran pribadi bagaimana sebenarnya dia. Gambaran ironi seorang Ruki.
Menurut saya dia sedang memainkan peran hitam-putih bagai seorang seorang aktor ulung. Wajah tanpa bersalahmenyaksikan ratusan pegawai KPK menjerit: “Kami tak takut mati di tangan koruptor”, seolah lagu merdu yang membuai dirinya.
Rasa bangga yang dia ungkapkan bagai tetesan cuka yang melumuri rasa sedih para karyawan KPK yang merasa tidak berdaya digadai olehnya. “ Di KPK sekarang semua bisa diperdagangkan”, gelegar seorang orator KPK mengekspresikan protesnya rupanya sama sekali tidak menyinggung rasa Ruki.
Hanya ada dua tipe orang yang bisa dengan tegar mendengar kriktik pedas didepan matanya, bahkan dengan tenang mengatakan kritik itu adalah suaranya juga.
Tipe pertama adalah tipe orang yang sangat demokratis. Orang seperti ini akan melihat segala kritik, sekeras apapun itu adalah masukan berharga yang patut dipertimbangkan dengan serius untuk mengubah keputusan dan kebijakannya.
Tipe kedua adalah, tipe zombie atau mayat hidup yang memang sudah hilang rasa sehingga sekeras atau setajam apapun kritik tidak lagi bisa menyentuh hatinya. Orang bertipe ini juga sangat percaya diri karena dia tahu dirinya punya kuasa untuk mengubah apapun tanpa harus mendengar masukan dari orang lain. Kritik baginya hanya angin lalu yang tidak perlu dihiraukan. Dia akan tetap pada keputusan dan kebijakannya.
Kalau melihat dua tipe ini dalam konteks Ruki, rasanya hampir tidak mungkin dia bisa dimasukkan ke tipe pertama. Kemungkinan yang lebih besar adalah tipe kedua, itulah sebabnya dalam oratornya pegawai KPK mengarahkan kritiknya kepada “penguasa gedung KPK”. Dalam hal ini “kebanggaannya pada pegawai KPK” adalah hanya pemanis kata, suatu yang memang biasa dia ucapkan. Mengakui bahwa “pegawai KPK adalah hasil gemblengannya” seolah mau mengatakan, “saya yang melahirkan, saya juga yang berhak mematikannya.”
Tentu punya alasan kuat, para pegawai menyanyikan lagu perjuangan “maju tak gentar membela yang benar” ditengah unjuk rasa mereka. Melihat raut wajah mereka ketika menyanyikan lagu ini, nampak mereka masih yakin bahwa masih ada “kebenaran” hakiki yang tidak bisa diperjual belikan dan pantas diperjuangkan. Mereka berani mati demi hal itu.
Tentu semangat ini tidak boleh padam. Tekad ini tetap kita harapkan akan tetap hidup walau seribu “Ruki” lain mungkin masih akan menghantui sejarah KPK di kemudian hari, jika KPK bisa keluar dari penghancurannya saat ini...... #SaveKPK, #PecatKudaTroyaKPK ***MG
Bahan Bacaan:
2. http://nasional.kompas.com/read/2015/03/03/10080071/Pesan.Kami.kepada.Penguasa.Gedung.KPK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H