Mohon tunggu...
Marista Br Sitohang
Marista Br Sitohang Mohon Tunggu... Guru - Guru di SLB Putrakami, Batam

bersyukur selalu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Gadget terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

21 November 2023   23:18 Diperbarui: 21 November 2023   23:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak gadjet terhadap perkembang Bahasa pada anak usia dini

Permasalahan ini muncul ketika meningkatnya penerimaan anak terapi usia dini dengan kondisi speed delay (terlambat bicara), di SLB Putrakami. Dimana anak banyak mengalami hambatan Bahasa tidak sesuai dengan perkembangan anak. Terlebih setelah pademi covid berlalu dimana ketika di confirmasi ke orang tua murid yang konsultasi ditanyakan kenapa anak tersebut menjadi tidak muncul bahasanya padalah sudah berusia 2 tahun? Sebagian besar akan menjawab karena gadjet dikarenakan orang tua sibuk bekerja sehingga memberikan anak handphone agar anak diam. Dimana masa-masa ini anak perlu bimbingan untuk melatih membnetuk Bahasa anak balita. Tidak jarang juga ditemukan terkadang anak mempunyai Bahasa tetapi hanya berupa ocehan tanpa ada makna yang berarti yang dapat dipahami oleh orang dewasa.

Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir. Pemerolehan bahasa merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh manusia karena tidak terjadi pada makhluk lain, seperti binatang

Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai- nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lainnya dari masyarakat. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa. Setiap anak yang normal akan memperoleh bahasa pertama atau bahasa asli (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertama kehidupannya di dunia ini. Anak-anak biasanya sudah dapat berkomunikasi secara bebas saat anak mulai masuk sekolah (Tarigan, 1988:95).

 Pada umumnya bahwa anak mulai bicara pada usia delapan bulan dengan karakteristik ciri-cirinya blabling atau mengoceh kemudian mulai mengatakan kata-kata yang tidak beraturan yang selanjutnya akan bermakna. Pada saat itu ada tidak simulasi dari keluarga atau dari orang tua dimana simulasi yang diharapkan harus secara langsung yang tidak dapat diwakilkan dengan benda atau apapun. Tapi kenyataannya pada fase perkembangan itu anak-anak terkontaminasi dengan gadjet karna orang tua mungkin tidak mau diganggu, atau karena orang tua bekerja, atau mungkin anak dititipkan ke pengasuh atau baby sister yang di tuntut bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah tangga dan pada akhirnya si pengasuh memberikan gadjet solusi agar semuanya bisa dikerjakan sehingga anak menjadi tenang tidak rewel tidak rebut.

Tapi dampaknya yang berkepanjangan gara-gara pemakaian gadjet yang terlalu lama yaitu tidak berkembangnya Bahasa anak. Mungkin yang tadinya sudah ada Bahasa babbling menjadi berkurang dan lama -- lama menghilang akhirnya. Dan tadinya,  misalnya sudah bisa menyebutkan beberapa kata, katanya yang sudah disebutkan pun akan menghilang terjadilah yang biasa disebut regresi (mundur) dan fiksasi yaitu tahapannya tidak berkembang yang artinya jalan ditempat, yang dapet mempengaruh pada berbagai aspek misalnya pada aspek Bahasa, sosial dan dampat dari gadjet itu juga menyebabkan keti dakma mpuan anak-anak mengelola emosi dengan baik. Hal ini dapat terlihat dengan anak menunjukkan perilaku tantrum, keterampilan sosial yang tidak berkembang.

Untuk itu diharapkan untuk ayah bunda untuk senantiasa peka atau memberikan stimulus dari bayi sehingga anak balita tidak mengalami yang namanya terlambat bicara. Selalu tetap peka terhadap rangsangan yang diberikan anak. Selalu menjaga kontak mata, tidak memberikan gadjet dengan alas an anak diam.

Jika memang hal ini sudah terjadi segera ayah bunda membawa ananda ke dokter yang dapat menangani sejak dini.

Demikian artikel  ini saya buat semoga dapat bermanfaat buat orang tua muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun