Mohon tunggu...
Marissa Renata Ilyas
Marissa Renata Ilyas Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi yang mencoba menjadi kompasianers

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pembentukan Karakter Diri

6 September 2015   18:23 Diperbarui: 6 September 2015   18:23 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menjadi mahasiswa baru (maba) tentu menyenangkan, karena menyandang sebuah predikat baru yaitu "MAHASISWA" bukan lagi "SISWA". Tentu saja tanggung jawab menjadi lebih besar dan berat, masalah kehidupan semakin pelik, biaya dan gaya hidup semakin dipertanyakan, namun bagaimana caranya harus mampu mengatasinya seberat apapun. Itu semua dapat diatasi, bila kita memiliki bekal hidup, prinsip yang kuat, nilai-nilai yang dipegang teguh, dan pikiran yang optimis agar dapat dipandang sebagai "orang".

Bersekolah di SMA Gonzaga, membuat diri saya paham dan dapat lebih memaknai kehidupan. Saya diajari pembentukan karakter untuk menjadi pribadi yang unggul, bukan hanya dalam segi Competence, namun Conscience, Compassion dan Commitment (3C+C) juga di asah. Tidak hanya pintar dalam pendidikan, suara hati dikelola untuk dapat membedakan yang benar dan salah, belajar peduli terhadap sesama dan komitmen juga juga di kembangkan.  Satu pribadi dengan 4 kelebihan? Siapa yang tidak ingin? Saya akui, saya senang mendapatkan semua pembelajaran ini. Nyatanya benar-benar berguna dalam kehidupan perkuliahan saya.

Saya ingat, ketika Ujian Nasional, SMA Gonzaga tidak membeli kunci, dan tidak menyarankan membeli kunci jawaban juga. Angkatan saya mengerjakan dengan jujur, belajar dengan mengikuti pelajaran tambahan (Gonzaga Magis), mengerjakan soal TO, tutor bersama untuk menghadapi UN, tidak lupa dengan mengikuti Misa Angkatan, berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya ke tengah-tengah kami. Usaha tanpa doa hanya sia-sia belaka. Banyak sekolah lain yang mengatakan "Sampah. Sok suci. Kunci doang apa salahnya make?" dan banyak kata lainnya yang  menyindir seolah kejujuran kami salah. Kami tidak peduli. "Buat apa sekolah susah-susah dan capek-capek 3 tahun, masa UN aja pake kunci? Kesannya bego banget lo".

Yang penting bagaimana kerja keras dan usaha yang dilakuin. Hasil tidak akan pernah berbohong.

Sampai saat ini, semua nilai yang diajarkan di SMA dulu masih saya pegang. 3C+C dan OREO (One Respect Each Others) menjadi pedoman hidup dalam bertindak. Pengalaman yang terdahulu membuat saya memiliki "karakter" atau ciri khas tersendiri. Ketika ospek, ada seorang teman perempuan yang duduk disebelah saya. Kami bicara banyak hal tentang sekolah, teman, kuliah jurusan apa, dan lainnya. Lalu tiba-tiba dia bertanya "Lo dari Gonz ya?", "Kok lo tau?", "Soalnya aura lo beda banget. Keliatan banget anak Gonz punya karakter, dan enak banget diajak ngobrol. Nyambung. Gue dulu juga daftar Gonz tapi sayang ga keterima. Gue sampe nangis kejer. Soalnya kakak gue semua di Gonz, dan jadi hebat, keren gitu. Lo pasti orangnya unik deh".  Saya hanya bisa tersenyum menanggapi. Ternyata, segitu diinginkannya sebuah SMA yang dilabeli "elite". Sekolah kami memang elite, namun sebanding dengan pelajaran yang kami dapatkan.

Intinya, jadilah pribadi yang unggul dan memiliki "karakter". Tidak hanya unggul dalam pendidikan, tapi juga sertakan berbagai macam soft-skill. Ingat! Perusahaan sekarang tidak hanya butuh IPK tinggi! Jadi, selagi memiliki kesempatan, gunakanlah kesempatan itu sebaik mungkin, guys!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun