Mohon tunggu...
Marissa Amran
Marissa Amran Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UMN 2020

Saya merupakan mahasiswi Jurnalistik di UMN tahun 2020.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cermin Kebebasan Para Perempuan

5 Juni 2021   07:00 Diperbarui: 7 Juni 2021   20:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"JANGAN PERNAH MENYERAH, JIKA KAMU MASIH INGIN MENCOBA. JANGAN BIARKAN PENYESALAN DATANG KARENA KAMU SELANGKAH LAGI UNTUK MENANG!" -- R. A. KARTINI

Begitulah ucapan dari R. A. Kartini, tokoh Indonesia yang gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Zaman sekarang tak asing kita mendengar tentang perempuan yang dilecehkan. Tidak memandang berapa usianya, anak kecil yang tidak mengerti apa-apa sudah dirusak masa depannya oleh pria yang tidak mempunyai perasaan. 

Apakah stigma wanita harus berpakaian tertutup agar tidak dilecehkan itu adalah pernyataan yang benar? Sudah jelas bahwa hal tersebut salah. Wanita berhijab saja terkadang sering digoda, seperti "Buka dikit dong." Riset dari World Health Organization menyebutkan kekerasan yang dilakukan pasangan sebagai bentuk pelecehan paling banyak dilaporkan, sekitar 641 juta perempuan mengaku pernah mengalaminya. Tidak sedikit perempuan yang bajunya sudah tertutup masih mengalami pelecehan seksual. Kembali lagi bahwa kasus tersebut bukan tentang baju apa yang dipakai, melainkan pemikiran yang seharusnya bisa dijaga dengan baik.

Bagaimana jika perempuan hanya menerima 'takdir' dan menerimanya begitu saja, bahkan dianggap tidak bisa melakukan pekerjaan laki-laki? Apakah semua perempuan seperti itu? Jelas, jawabannya tidak. Kedudukan perempuan dan laki-laki adalah setara. Mereka menghirup napas yang sama, mendapatkan hak yang sama dari negara, terutama dalam kehidupan berumah tangga. 

Lalu, mengapa masih banyak wanita yang direndahkan? Banyak perempuan yang memberikan harapan dan mimpi di media sosial, tetapi banyak netizen yang berkomentar buruk.  Secara tidak langsung, mereka melakukan body shaming dan membuat wanita tersebut sering merasakan insecure. Insecure karena tidak langsing, wajah tidak mulus, pendek, tidak berkulit putih, dan tidak memiliki hidung mancung inilah yang sering menjadi alasan wanita untuk merasa tidak percaya diri. 

Definisi cantik setiap orang pasti tidaklah sama. Begitu juga dengan arti kebebasan seorang wanita pasti berbeda-beda tergantung bagaimana mereka menyikapinya. Setiap orang memang punya kekurangannya masing-masing, tetapi kita harus menjadikan itu sebagai ciri khas yang terdapat di dalam diri sendiri dan tidak dimiliki oleh orang lain. Buktikan bahwa kita bisa mencintai ketidaksempurnaan yang dimiliki dan mensyukurinya. 

Oleh karena itu, teruntuk para laki-laki di luar sana, dianjurkan untuk menghargai wanita lebih lagi dengan saling mendukung, bukan merendahkan. Semua perempuan juga tidak perlu sempurna untuk merasa bahagia.

Jangan pernah menyerah ketika ingin mencoba. Mulai berkaca, menatap diri sendiri, dan berkata "Aku pasti bisa!" Jadilah wanita hebat versi dirimu sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun