[caption id="attachment_61667" align="alignright" width="300" caption="berperahu mengarungi sungai alas yang membelah ketambe"][/caption] lima tahun lalu, saat mengunjungi stasiun riset ketambe di aceh tenggara, saya seperti berada di salah satu sudut surga dunia, belantara tropis yang menyimpan berjuta kekayaan hayati, yang di antaranya tidak kita temui di belahan dunia mana pun. entah bagaimana kondisi ketambe sejak lima tahun saya tinggalkan. masih berterbangankah kupu-kupu liar dengan aneka warnanya yang sungguh indah? masihkah gemiricik suara air terdengar di tengah belantara leuser? masih dapatkah ditemui orang utan bergelayut di akar gantung? sungguh sulit bagi saya melupakan ketambe dan belantara leuser. sesulit melupakan pertemanan dengan mike griffith, seorang conservationist asal selandia baru, yang memilih meninggalkan keluarganya dan kemudian mengabdikan dirinya untuk menjaga dan melindungi leuser. dalam hidup ini, jarang sekali saya menemui pribadi yang memiliki kesungguhan hati dan niat tulus untuk melestarikan alam. seorang teman, mahasiswi institute teknologi bandung, yang punya hobi menyelam, dalam status facebooknya, menulis keinginan kuatnya untuk berkunjung ke kepulauan raja ampat, papua. berikut saya posting tulisannya tanpa di edit, "Tuhannn..Betapa Mupeng'a Ngeliat D0kumentasi RAJA AMPAT Di Tv,.P0k0k'a Gw Brtekad Suatu Saat Nanti Hrus Ksana,Nabung dan Latihan Diving dr SeKaRaNg!" setengah meledek, saya memberi komentar pada statusnya, "ntar kalo tabungan loe udah cukup buat k sana, raja ampatnya udah ancur n rusak.... he he he he." kerusakan alam indonesia terjadi begitu masif. indikator biologis menunjukkan nasib hutan indonesia kini berada di titik nadir. baru-baru ini, dalam sebuah surat kabar, menteri Kehutanan Zukifli Hasan mengatakan, sekitar 42 juta hektar (ha) hutan Indonesia kini sudah habis ditebang alias gundul. namun, keyakinan saya mengatakan, angka itu jauh lebih kecil dari keadaan sebenarnya. sebelum terlambat, saya mengajak kita semua, termasuk kompasiana, untuk lebih aktif dan peduli terhadap upaya pelestarian hutan dan kekayaan keragaman hayati. desk kompasiana yang minus lingkungan hidup menunjukkan bahwa kompasiana tidak ramah lingkungan. sebagai penutup, selain memposting gambar keindahan alam ketambe, saya mengutip sebuah kata-kata bijak yang mungkin bisa menggugah kita semua untuk lebih mencintai alam: ketika pohon terakhir telah ditebang ketika sungai terakhir telah mengering kita baru sadar... uang tidak bisa dimakan (Anonim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H