[caption id="attachment_147472" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: butterfly effect"][/caption]
Kecil dan menggeliat di antara daun-daun. Melahap sepotong demi sepotong kecil pingiran daun. Sepertinya tiada arti dan juga manfaat. Hanya sebagai pengganggu dan juga perusak. Namun apa jadinya bila ulat kecil itu sudah masuk ke dalam kepompong dan berubah menjadi kupu-kupu yang indah?!
Sebulir telor kecil berderet dan menggantung serta menempel pada batang dan daun. Tak tampak bila tak diperhatikan. Bahkan bila telor-telor itu pun sudah berkumpul dan menyatu menjadi sekelompok telor-telor. Telor-telor yang merupakan benih masa depan kehidupan itu seolah tidak pernah ada. Dianggap tak berarti dan tak memiliki daya.
Saat telor-telor kecil itu menetas dan keluarlah ulat-ulat kecil yang menggeliat. Mencari ibu dan ayah yang menjadikan ada namun tak pernah mereka temukan. Mereka harus berjuang untuk menghadapi kerasnya dunia di antara yang besar dan yang lainnya. Namun tetap saja, mereka tidak diperhatikan dan terus saja dibuang. Dikucilkan dan dijadikan satu dalam sebuah kelompok yang nyata namun tiada.
Ulat-ulat kecil itu pun berjuang sendirian. Merayap di antara batang dan daun. Melahap sedikit demi sedikit daun. Mereka bergerak dengan cepat untuk mengatasi segala kemungkinan terburuk Menjadi lebih cepat dan dewasa adalah lebih baik. Tidak mendapat pilihan untuk tidak sedemikian cepatnya. Siapa yang lambat maka akan tersingkir dengan sebegitu mudahnya.
Ulat-ulat kecil itu menggeliat tak menentu. Mempertahankan diri dengan sebegitu kerasnya. Menguatkan bulu-bulu yang gatal dan panas. Membuat mereka tidak mudah untuk disentuh dan dianiaya. Membentuk mereka menjadi pribadi yang seolah-olah kuat namun sebenarnya lemah. Sehingga pada akhirnya mereka hanya bisa berontak dalam genggaman.
Anak-anak adalah kehidupan di masa depan. Diberikan kasih sayang dan juga cinta namun bukan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Mereka dijadikan sarana untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita orang tua dengan menjadikan mereka seperti orang tua mereka. Mereka tidak dilihat sebagai seorang pribadi. Atas nama cinta dan kasih sayang juga bakti terhadap orang tua, mau sampai kapan anak itu bisa menjadi diri mereka sendiri?! Cinta dan kasih sayang itu sebenarnya untuk siapa?! Untuk anak-anak atau untuk diri sendiri saja?!
Mereka berjuang keras untuk mendapatkan diri mereka sendiri. Berontak untuk menjadi diri sendiri namun itulah yang kemudian sering dijadikan alasan tentang dosa dan pengabdian. Semua yang diberikan bagi mereka bukanlah tidak dihargai namun seharusnya tidak menjadi beban untuk mereka bisa terus melangkah. Apakah salah bila anak berbeda dengan orang tua?! Apakah salah bila mereka menjadi diri sendiri?I Apakah salah bila mereka belajar dari kehidupan?!
Orang tua selalu ingin agar anaknya menjadi yang terbaik namun yang terbaik bagi orangtua belum tentu yang terbaik bagi anak itu sendiri. Hanya bimbingan dan dorongan untuk menjadi diri sendirilah yang berharga, bukan kemanjaan ataupun pendidikan yang berlimpah. Menjadikan mereka manusia yang sesungguhnya itulah cinta yang sesungguhnya.
Tuhan memang sungguh sangat adil. Ulat-ulat kecil itu diberikan kemampuan untuk berubah untuk menjadikan diri lebih indah dan menarik. Tidak dengan begitu saja diberikan. Mereka pun tetap harus berjuang. Membuat kepompong tidaklah mudah. Seluruh energi habis terkuras. Sebuah proses yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Berbagai cobaan dan ancaman terus saja mengganggu. Manis dan pahit belum tentu manis dan pahit. Kepompong bisa tidak menjadi kepompong. Kepompong bisa menjadi hancur tak lagi berisi namun bisa juga tetap menjadi kuat dan sangat berisi. Kesabaran dan ketekunan untuk mau menjadikan kepompong ini ada dan kuat adalah sebuah proses. Tidak semudah yang dibayangkan. Seperti mimpi yang tidak nyata dan datang begitu saja. Bukan sesuatu yang nyata dalam bayangan.
Banyak sudah usaha yang dilakukan untuk membantu agar ulat-ulat kecil ini bisa bertahan. Segala bantuan dan usaha dengan dasar kebaikan dan ketulusan diberikan. Namun mengapa ulat-ulat kecil itu justru malah semakin lenyap?! Mengapa kepompong mereka semakin juga hancur?! Apa yang sebenarnya terjadi?! Apakah mimpi harus menjadi mimpi hanya karena cinta yang sesungguhnya itu tidak juga mau dirasakan dan didirikan?! Mengapa proses dan sejarah harus diabaikan?! Apa sebetulnya yang diinginkan?!
Banyak lembaga sosial yang bekerja untuk mereka dan tidak sedikit sebetulnya yang hanya memanfaatkan mereka. Mendapatkan keuntungan dengan menjual ulat-ulat kecil itu. Sungguh sangat disayangkan bila sampai ini semua harus terus terjdi. Perubahan harus segera dilakukan. Hanya dengan berpikir benarlah semua bisa terjadi. Bertindak dengan benar dan bersatu dengan cinta serta dipenuhi kejujuran dan ketulusan adalah yang bisa menjadikan semua ini bermanfaat. Mimpi yang bukan hanya mimpi bagi mereka yang percaya dengan mimpi para pemimpi.
Kepompong pun terbuka. Kupu-kupu basah berjuang untuk melepaskan diri. Diam dalam sesaat untuk memantapkan langkah yang pasti. Di saat sayap sudah mongering, kupu-kupu mulai mengepakkan sayapnya. Terbang dari satu bunga ke bunga yang lain. Tidak hanya menghisap madu. Kupu-kupu juga menebarkan cinta untuk kehidupan masa depan.
Ulat kecil sudah tidak ada lagi. Ulat kecil sudah menjadi kupu-kupu yang indah. Sangat indah untuk dinikmati. Kepak warna-warni sayapnya sungguh sangat menggoda. Bentuk tubuhnya yang lentik sangat menawan hati. Lembut merayu namun kuat dalam berjuang. Kupu-kupu tahu beradu tidak menyelesaikan masalah. Saling berbagi dan membantu lebih banyak memberikan manfaat yang berarti.
Anak-anak yang mempesona bisa menjadi pribadi yang menyebarkan pesona. Memberikan banyak manfaat bagi yang lain. Menjadikan kehidupan ini menjadi lebih indah. Mewujudkan segala impian bersama, meskipun harus melewati proses dan perjalanan yang panjang serta tidak mudah. Menelorkan telor-telor baru dan membuat kupu-kupu menjdi lebih banyak lagi.
Janganlah pernah takut untuk dianggap sebagai ulat kecil dari benih yang terbuang. Teruslah berjuang untuk memperbaiki diri dan kehidupan. Jadilah kupu-kupu yang cantik dan menawan hati. Terbanglah tinggi dan berayunlah pada dahan bahkan yang lemah. Semua ini akan berarti bagi kehidupan di masa depan.
Biarlah mereka melihat keindahan semua ini. Tunjukkan bahwa ulat kecil pun bisa menjadi kupu-kupu yang indah. Tunjukkan kepada semua bagaimana perjuanganmu mencapai semua ini. Jangan biarkan mereka hanya menikmati keindahan warna-warni sayapmu.
Semoga semua mau melihat bahwa ulat kecil itu pun bisa menjadi kupu-kupu yang indah.
Salam Kompasiana,
Mariska Lubis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H