Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta untuk Mas As. Kwok Tercinta

7 Juli 2010   11:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:01 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_187732" align="alignleft" width="192" caption="Biarpun ditutupi pakai asap setebal awan gelap pun, wajah tampan rupawan seorang pria berhati mulia yang penuh dengan cinta tetap akan selalu terasa keindahannya. Illustrasi: ngambil dari profilnya As. Kwok"][/caption]

Seorang pria berwajah tampan rupawan menyapa saya dengan begitu lembut dan mesranya. Membuat hati dan jantung menjadi sangat tak karu-karuan. Sebatang rokok yang terselip di bibirnya dan telunjuknya yang sepertinya sedang menunjuk ke arah saya, membuat saya tak kuasa untuk tidak menerima semua ucapan cintanya. Duuuhhhh!!! Dia menyebut  dirinya dengan panggilan As Kwok Dia memang pria tampan yang sangat menawan. Pintar pula!!!

Untaian kata demi kata terus terurai dari hatinya yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Memberikan saya banyak sekali inspirasi dan dorongan untuk bisa terus belajar dan menjadi lebih baik. Meskipun terkadang kata-katanya sedikit membuat saya harus menarik nafas panjang karena sangat pedas, tetapi itu semua diberikannya karena cinta dan kasih sayangnya.

Saat bicara soal surat cinta untuk yang tercinta, dia memberikan saya pengertian tentang keindahan.

“Kubaca berkali-kali. Jangan-jangan ini surat buatku”.(ha…. ha…. ha…. glekkkk… kesedak kopi…)

“Kenapa tidak mungkin?!”

“Tak ada yang tak mungkin, tetapi manusiawi juga kalau kadang dibekap selimut ragu.

“Hmmm… Ragu itu bisa membuat semua menjadi ragu...”

“Tidak selalu begitu, dalam keraguan seringkali timbul usaha untuk mencari kepastian.”

“Apakah surat lain yang menanyakan tentang kepastian bisa dituliskan dan dikirimkan?!”

”Bisa juga, sayang. Tuliskan dengan tinta warna emas.Sebuah tanda hati yg terukir jujur dan dibalut dalam keindahan cinta.”

“Saya tunggu kalau begitu surat cinta bertinta emas darimu.”

”Ketika sampai simpanlah dalam hatimu dan jangan dibuka lagi. Biarlah satu kali untuk selamanya..”

”Baiklah.”

Surat itu gak pakai copy.Bila hilang, hilang juga guratan hati.Ohhh.…”

”Tidak akan pernah hilang bila selalu tersimpan di dalam hati. Sampai kalapun akan selalu ada.”

” Itulah yang bikin matahari dan bulan terhenti. Sejenak mengambil napas untuk memandang kita…”

”Apa ya yang akan mereka katakan?!”

”Matahari dan bulan menyatu dalam satu cahaya, tiada malam jadinya, cerahnya menyinari kita. Itulah kata-kata terindah dari mereka.”

”Duhhhh beneran menerangi hati dan cinta kita dong.”

”Begitu mereka memastikan sinarnya sebagai tanda bukti kasih, mereka akan berputar lagi seturut orbit yg mereka jalani.Mereka percaya bahwa sinar yg telah disatukan dan tercurah itu akan bertahan sampai abadi.”

”Wow!!! Tak bisa dibayangkan deh betapa indahnya.”

”Keindahan tak perlu dibayangkan. semua adalah realitas. emang, tak bisa dipungkiri, meski sinar telah tercurah menyatu, guratan suram bisa saja terjadi. namun, kekuatan perputaran matahari dan bumi yg selalu mengiringi. Menjadikan yang indah tetap saja indah.”

”Indah tetap saja indah. Hmmmm….”

”Hmmm....”

Begitu pula saat sedang mencoba mencari arti dan makna tentang cinta sepasang anak manusia, dia pun memberikankan saya masukan untuk tidak sekedar mencintai dan untuk menjadi selalu jujur.

”Berangkat dari pengalamannya, aku mau belajar cinta, meneguk kemanisannya, agar pengalaman apapun yang telah berlalu tetap menyuburkan cintaku di masa depan. Ohhhh, cinta sejati. Hampirilah diriku agar aku tak sekadar mencinta tetapi tumbuh menjadi cinta.”

“Semua agama selalu licah berbicara tentang cinta. Namun, para pencinta agama selalu limbung ketika berhadapan dengan cinta beda agama. Semua serba tidak mudah. Ahhh… Bahkan desah aja terasa hanya terengah-engah. Ahhh….”

“Rindu dan cintanya dah tandas… sssss… ketawa kemudian sambil mendesis, terus akhirnya kosong. Itu variabelnya. Rindu nggak tembus bila hati tak terbuka.Cinta pun tak merindu bila yang dibawa cuma dirinya. Nih tak kasih tahu ujungnya: setelah kosong baru bisa ditembus. “

“Umum memang, jujur akan hancur. tidak jujur jadi lebur. Tulisanmu menarik secara aktual dan penyajian. Itulah kasus nyata tidak hanya menyangkut orang lain tetapi diri sendiri. Jujur atau tidak jujur selalu berkutat tiap saat. berkaitan dengan problematik di atas. Kayaknya kita bisa belajar jujur sebelum melangkah. misal mau nikah ya terbuka dulu secara jujur. itu bekal untuk meneruskan kejujuran ke depan. kalau sudah berawal dari sesuatu yang disembunyikan, akan sulit diselesaikan bila bernada simalakama. andaikan toh seseorang “aman” sampai akhir, ketidakjujurannya tak terbongkar, tetap saja menimbulkan keresahan yang tiada habis untuk diri sendiri.”

Terlalu banyak kata-kata indah yang diberikannya untuk saya, yang tak mungkin saya tuliskan. Biarlah semua itu selalu tersimpan di dalam hati agar tak pernah hilang dan tak pernah terhapuskan.

“Mas Kwok sayang, terima kasih, ya, untuk segala cinta dan kasih sayangmu. Cintamu memberikan saya banyak sekali keindahan yang tidak hanya dirasakan oleh saya tetapi juga pasti dirasakan oleh banyak yang lain. Dirimu memang seorang pria tampan rupawan yang selalu penuh dengan cinta.  Tulisanmu penuh dengan gairah yang memberikan inspirasi dan banyak manfaat untuk semua. Selalu ada banyak cinta untukmu, Mas!!!”

Salam penuh cinta,

Mariska Lubis

Catatan:

Pesanannya sudah ya, Mas!!! Semoga bisa diterima!!! Semoga tak ada yang cemburu meskipun sekarang saya sudah siap siaga dengan payung supaya nggak ditimpuk batu para penggemarmu!!! Semoga surat cinta yang ini tidak perlu lagi dibungkus daun dan disimpan di lemari. Biarlah surat cinta pertama saat SMA dulu saja yang ada di sana. Selamat dikerubuti gula-gula!!! Hahaha.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun