Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pameran Organ Seksual di HP?!

30 Januari 2010   23:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10 3584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_64732" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: Google"][/caption] Mulai dari yang cuma seputar bibir dan wajah sampai kemudian ke dada dan terus berlanjut ke bagian yang paling sulit untuk diintip. Malah tak sedikit pula yang seluruhnya dikupas habis begitu saja. Benar-benar dibuka tanpa ada sedikit pun kulit yang menutupi. Syur banget, deh!!! Tulisan ini terinspirasi dari tulisannya Pak Imam Subari yang berjudul "Sexting, Waspadalah!", dan memang sudah lama juga saya tidak mengangkat topik ini. Rindu juga sama buka-bukaan. Seorang teman saya pernah mengirimkan foto telanjangnya kepada seorang pria. Maksudnya, sih, biar pria itu tergoda untuk mencumbu dan merayunya. Namun apa daya, hasilnya justru di luar perkiraan. Pria itu justru menyebarkan foto itu ke mana-mana. Alhasil, semua teman jadi geger dan gempar. Bayangkan saja, bagaimana rasanya melihat foto teman sendiri berpose seperti itu dan dilihat oleh banyak orang pula. Dijadikan bahan ledekan lagi. Hmmm.... Kejadian itu sudah lama sekali berselang. Sewaktu saya masih duduk di bangku SMP. Jadi, masih bisa diperkirakanlah jumlah orang yang melihatnya. Terbayang, kan, kalau kejadiannya di masa sekarang. Wah, dunia bisa heboh!!! Runtuh!!! Muka hilang dalam sekejap!!! Ada lagi, seorang mahasiswi yang pernah saya ajak bicara soal foto dan adegan sensualnya dia yang beredar di HP. "Kenapa kamu melakukannya?" "Soalnya, dia yang minta, Mbak!" "Siapa dia?" "Pacar saya." Wuih!! Pacar, kok bisa seperti ini, ya?! "Kenapa kamu mau? "Karena saya cinta dia. Saya takut kalau nggak dikasih, nanti dia marah." "Memangnya kalau marah kenapa?" "Nanti dia meninggalkan saya, padahal saya sudah tidur dengan dia." Oalah!!! Sebegitunya, deh!!! "Toh, sekarang dia meninggalkan kamu juga, kan?" "Iya, Mbak. Dan saya jadinya menyesal banget." "Menyesal kenapa?" "Kenapa, ya, saya bodoh banget!!" Nah, penyesalan selalu saja datangnya belakangan. Heran!!! Ini dia, nih, kalau menurut saya cinta yang salah kaprah. Belum ngerti cinta sudah bercinta. Biarpun mungkin umur sudah banyak tetapi tetap saja otak mengalahkan hati. Beginilah jadinya!!! Kenapa, ya, saya bilang otak?! Hehehe.... Ini karena memang sekarang jamannya di mana orang selalu berusaha menggunakan logika. Merasa bila sudah menggunakan logika, sudah pintar. Sudah hebat. Sesuatu yang logis adalah benar. Akibatnya, selalu saja ada pembenaran. Padahal, bila memang merasa sesorang yang memiliki logika, seharusnya benar-benar sadar bahwa sesuatu yang logis belum tentu logis dan sesuatu yang tidak logis pun belum tentu tidak logis. Sesuatu yang logis bisa saja berasal dari yang tidak logis dan demikian juga kebalikannya, sesuatu yang tidak logis bisa saja berasal dari sesuatu yang sangat logis. Logis dan tidak logis bukanlah sebuah angka yang mutlak. Hati pun kemudian diabaikan. Kejujuran terhadap diri sendiri pun dianggap tidak penting. Selalu merasa sudah memiliki hati dan sudah selalu jujur. Kalau sudah begini, mau bagaimana? Bukan hanya masalah seks yang hancur tetapi juga segala sesuatu yang berhubungan dengan diri, pasti akan terbawa hancur pula. Efek panjangnya, negara dan dunia pun akan ikutan hancur. Ini menjadi sesuatu yang penting di mana pemahaman akan seks harus benar-benar sangat matang dan mendalam. Kita sudah tidak lagi bisa mendidik generasi muda sekarang hanya dengan pendidikan seks yang "terbuka" atau dengan masukan dari nilai-nilai agama, kesehatan, dan psikologis saja. Harus seks yang benar dan sehat. Ada banyak sekali nilai-nilai yang harus diperkenalkan kepada mereka dan menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Seks yang saya seringkali sebut dengan seks yang sehat. Mungkin agak rumit bila harus diperjelas satu persatu, tetapi kita bisa mencobanya dengan meminta generasi muda untuk melihat seks dari berbagai sudut pandang yang berbeda, antara lain: politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, kesehatan, dan psikologi. Cobalah untuk melihat norma dan etika serta manfaat begitu juga kebaikan dan keburukannya dari berbagai sudut pandang ini. Biarkan generasi muda ini berpikir dengan lebih jelas dan jernih serta menemukan jawabannya, bukan dengan kemudian diberi terus-menerus segala perintah dan larangan. Berikan arahan, itu tepatnya. Karena kita juga sebagai generasi yang lebih dahulu, belum tentu juga benar. Setiap generasi memiliki cara masing-masing untuk mengenal diri mereka sendiri. Diperlukan sama-sama jiwa yang besar untuk bisa menerima semua ini dan juga semangat yang tinggi untuk bisa membangun agar masa depan menjadi leibh baik dan kita tidak perlu lagi menemukan kejadian serta peristiwa seperti ini terulang kembali. Berikanlah semua cinta yang ada dengan sepenuh hati dan setulus-tulusnya dan dengan tanpa syarat apapun juga. Kenalilah selalu siapa diri kita. Semoga bermanfaat!!! Salam Kompasiana, Mariska Lubis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun