Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mulailah Dari Diri Sendiri Dulu!!!

21 Juni 2010   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:23 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_173531" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: nurdalilamelatusamsi.blogspot"][/caption]

Berkutat pada masalah yang ada. Sibuk kritik kiri dan kanan. Selalu mencari-cari kesalahan yang lain untuk mendapat dukungan, nilai dan pujian di mata manusia lainnya. Menjadikan perbedaan sebagai alasan. Hanya melihat fakta dan kenyataan dari apa yang dilihat dan didengar. Sibuk menghasut dan membuat pembenaran tanpa mau juga mencoba melepaskan diri untuk memikirkan segalanya dengan kepala yang dingin dan juga jernih. Melihat ke dalam diri sendiri dan mencoba untuk jujur dan bertanya, ”Apa yang telah saya lakukan?! Apa yang seharusnya saya perbuat?! Siapakah saya?! Apakah saya?!”.

Sadarkah kita semua bahwa negara kita ini sedang mengalami masalah yang sangat berat?! Mau jugakah kita mengakui bahwa negara kita memang sedang sangat bermasalah?! Sadarkah juga bahwa semua ini terjadi karena kesalahan kita semua juga?! Maukah kita mengakuinya juga?!

Kita semua terlalu sibuk berkutat dengan masalah yang ada dan membuat diri kita sendiri menjadi pesimis. Kalaupun optimis, tetap saja tidak keluar dari segala yang dilihat dan didengar. Tidak mau juga melihat sisi pandang yang lain. Selalu merasa paling benar, paling baik, paling pintar, paling menderita, paling susah, paling dan paling semuanya. Tidak juga bersyukur atas semua yang ada. Menghilangkan segala cinta yang sebenarnya ada namun tidak mau dirasakan ataupun didirikan. Kalaupun cinta yang ada, hanyalah cinta pada diri sendiri. Segala yang memang bisa menghasilkan sesuatu untuk diri sendiri, entah dalam bentuk apapun menjadi prioritas utama. Popularitas, ketenaran, harta, kedudukan, jabatan. Duh!!! Lupa akan cinta tanpa syarat yang telah diberikan oleh ibu pertiwi.

Kita selalu merasa telah berbuat sesuatu dan melakukan yang baik, namun bila memang demikian, kenapa tidak juga ada yang berubah dari keadaan ini?! Apakah harus pemerintah dan pemimpin lagi yang disalahkan?! Kalau memang demikian, kenapamau memilih mereka sebagai pemimpin?! Lagipula, kedaulatan ada di tangan rakyat, negara ini bukan negara feodal!!! Kenapa kita sebagai rakyat juga tidak mau mengerti dan memahami semua ini?! Kenapa mau terus dibodohi?! Jangan salahkan yang lain bila memang diri kita juga bersalah. Coba pikirkan apa yang sebenarnya terjadi agar bisa membantu mencari solusi yang terbaik dan pikirkan langkah apa yang harus ditempuh.

Pemimpin juga seharusnya sadar bahwa mereka menjadi pemimpin bukan berarti sebagai penguasa. Janganlah pernah menganggap remeh hal-hal yang kecil karena semua dimulai dari kecil dulu. Jadilah contoh bagi semua rakyat. Tunjukkan jika seorang pemimpin yang besar dan mampu membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik. Semua yang dibicarakan harus sesuai dengan yang dilakukan. Itu menunjukkan sikap seorang kstaria sejati.

Berapa banyak di antara kita yang sering teriak tentang kebebasan?! Berapa banyak yang mengerti arti kebebasan itu sendiri?! Berapa banyak yang mau mengakui bahwa kebebasan itu pun ada batasnya?! Begitu juga dengan demokrasi. Apakah negara yang menganut paham demokrasi harus tidak memiliki aturan?! Atau aturan memang dharus dilanggar?! Harus mengikuti kehendak semuanya?! Bagaimana dengan kepentingan rakyat semua?! Apa yang harus diprioritaskan?!

Berapa banyak juga di antara kita yang merasa telah banyak membantu memperbaiki negara ini dengan membantu mereka yang menderita dan kesusahan. Berapa banyak yang sebenarnya hanya menjual ini semua demi mendapatkan nilai semata. Ketulusan itu hanya sementara dan perjuangan atas nama cinta itu pun hanya terbatas. Apa perlu mendapatkan nilai dan penghargaan itu?! Bila memang tulus apa adanya, tidak perlulah mencari dukungan untuk mendapatkan eksistensi. Aktualisasikan saja diri dengan telah berpikir dan melakukan sesuatu yang paling bermanfaat. Sekali lagi, Jujur saja dulu pada diri sendiri, dan bantulah diri sendiri dulu. Tidak ada yang bisa membantu yang lain bila diri sendiri masih bermasalah. Tidak ada yang bisa memberikan damai kepada yang lain bila damai dalam diri sendiri itu belum ada. Tidak ada yang bisa mengubah orang lain selain diri sendiri. Mereka yang susah itu bisa berhasil karena diri mereka sendiri, bukan karena kita!!! Hargai dan hormatilah itu semua!!! Janganlah kita sombong dan merasa telah berbuat sesuatu!!!

Seorang sahabat saya, Arnes Lukman, seorang psikolog, pernah bercerita kepada saya tentang seseorang terkenal dari China yang bercita-cita ingin mengubah dunia. Dia yang pintar dan hebat pun kemudian bisa mendapatkan posisi di dunia, namun kemudian dia menyadari bahwa dia tidak bisa mengubah dunia. Kembalilah dia ke tanah airnya dan mulai melakukan untuk negaranya. Dia berpikir bila dunia tidak bisa diubahnya, paling tidak negaranyalah yang dia ubah. Lalu dia pun kembali sadar bahwa negaranya tidak bisa diubah, dan dia pun kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, dia menyadari bahwa rumahnya telah kosong. Anak-anaknya telah tumbuh menjadi dewasa dan sudah tidak mungkin untuk diubah lagi. Demikian juga dengan istri tercintanya. Dua hari sebelum dia wafat, dia menitipkan pesan bahwa selama ini dia telah salah. Dia tidak mungkin mengubah semua itu karena ternyata yang harus diubahnya adalah dirinya sendiri. Sebelum semua terlambat seperti dirinya, dia ingin semua ini disampaikan kepada yang lain yang mau mengerti arti perubahan itu.

Kisah yang diceritakannya lebih dari sepuluh tahun yang lalu ini selalu membekas dalam ingatan saya. Sebuah kisah yang membuat saya berpikir dan menyadari bahwa saya selama ini telah sombong dan keras kepala. Sebuah kisah yang juga membuat kehidupan saya berubah seratus delapan puluh derajat. Saya tebih banyak berkutat dalam belajar dan meneliti. Saya masih belum tahu banyak dan saya ingin tahu lebih banyak lagi. Saya tidak boleh berhenti bertanya dan tidak boleh berhenti mencari jawaban. Bila memang ingin melakukan sesuatu, lakukan semuanya dari diri sendiri terlebih dahulu.

Marilah kita sama-sama untuk melihat apa yang menyebabkan ini semua?! Apa yang salah dengan diri kita?! Apakah semua yang kita pikirkan sudah benar?! Apakah yang sudah kita lakukan sudah benar?! Bila kita ingin berbuat sesuatu, alangkah baiknya bila kita memikirkannya baik-baik. Cobalah untuk selalu jujur dan melihat segala sesuatunya dari berbagai macam sisi pandang yang berbeda. Akuilah fakta dan kenyataan yang sebenarnya. Salah pun harus berani mengakui dan beranilah untuk mempertanggungjawabkannya. Janganlah lagi menutupi semua kesalahan itu, dan tidak juga mau menerima fakta dan kenyataan dengan melakukan berbagai pembenaran. Jangan juga hanya melihat dan mendengar. Berhentilah menjadi manusia penonton!!! Belajar dan belajar. Berpikir dan berpikirlah terus. Jangan asal dalam bertindak!!! Mulailah semuanya dari diri sendiri!!! Jadilah diri sendiri!!!

Ini semua demi masa depan kita bersama. Demi masa depan yang lebih baik. Demi generasi di masa mendatang.

Semoga bermanfaat!!!

Salam,

Mariska Lubis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun