Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mawar Merah Perempuan Muda

12 April 2010   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_115588" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: Scan dari Kartupos"][/caption] Judul di atas ini memang benar seperti apa yang ada di dalam benak pembaca. Mawar merah perempuan muda memang adalah tentang kehidupan pribadi seorang perempuan muda. Kehidupan seksualnya yang sangat pribadi dan sangat dirahasiakannya. Mawar merah memang indah namun menjadi belenggu dalam kehidupannya. Kisah ini bukanlah kisah yang baru saja terjadi namun pernah diceritakan oleh seorang perempuan muda berusia 19 tahun dalam sebuah acara di radio swasta di mana saya waktu itu menjadi nara sumbernya. Mungkin sekarang dia sudah berusia 27 tahun saat ini dan saya juga tidak tahu apakah semua yang diceritakannya masih berlangsung sampai sekarang atau tidak. Namun saya ingin sekali menceritakan mawar merah kehidupannya untuk bisa menjadi manfaat bagi semua. Berawal dari kebiasaannya melakukan masturbasi sejak masih duduk di kelas dua bangku Sekolah Dasar. Tidak sadar dan tahu bahwa dia telah melakukannya sampai kemudian dia pun menyadarinya saat mengetahui apa masturbasi itu setelah masuk usia remaja belasan tahun. Bukannya kemudian berusaha untuk mengerem dan mengatasinya dengan baik, semua ini malah semakin bertambah parah. Apalagi tidak ada bimbingan tentang seks yang baik dan benar dari orang tua dan keluarganya. Semua pengetahuan yang dia peroleh merupakan otodidak dan hanya berdasarkan apa kata teman-teman serta orang-orang lain di sekitarnya yang juga belum tentu memberikan informasi yang benar. Usia remaja memang selalu sangat ingin tahu. Film-film porno, buku-buku stensilan, dan juga majalah dewasa dilahapnya mentah-mentah. Pada usianya yang masih berusia 14 tahun, dia sudah melakukan hubungan seksual dengan kekasihnya yang juga sepantaran usianya. Tidak di mana-mana, tapi di kamar mandi sekolah, lho!!! Tidak kuasa menahan diri, apalagi setelah merasakan bagaimana hubungan seksual, hasratnya un semakin tinggi dan menggelora. Setiap hari dia melakukan masturbasi. Tidak hanya sekali namun bisa dalam sehari berkali-kali. Kapan pun di manapun. Dia pun mulai melakukan eksperimen. Sebuah eksperimen yang kemudian menjadi candu baginya. "Bagaimana kamu melakukannya?" "Saya senang pakai sendok, Mbak." "Waduh! Kok, bisa?!" "Kan, enak, dingin-dingin begitu. Mbak, kan tahu rasanya kalau memeganga benda dari logam?!" "Memang sendoknya kamu apakan?" "Saya gesekkan ke bagian-bagian yang saya suka, yang bisa membuat saya orgasme." "Tidak sampai masuk, kan?!" "Kalau sudah tidak tahan, saya masukkan juga." Aduuuhhhhhhhhh!!! Nggak, deh!!! Semakin tambah usianya, semakin liar dan menjadi juga dia. Bukan hanya masturbasi setiap hari, tetapi dia selalu ketagihan yang namanya berhubungan seksual. Dia rela melakukannya dengan siapa saja yang mau. Tidak pandang bulu. Hanya satu syaratnya, tidak boleh bayar!!! Kenapa?! "Karena saya bukan pelacur!!!". Saya merasa kasihan sekali dengan perempuan muda ini. Inilah yang sering saya sebut sebagai "korban ketidaktahuan". Tidak tahu seks yang benar dan sehat. Tidak ada yang memberitahukan apa yang sebenarnya. Orang tua yang seharusnya memberikan pengetahuan tentang ini semua tidak memberikan informasi yang seharusnya. Alasan malu atau tabu membicarakan ini semua mengakibatkan terjadi kesalahpahaman pengertian atas apa yang sebenarnya. Saya meminta bahwa jangan kemudian menyalahkan semua ini terjadi karena tidak adanya iman atau keyakinan yang kuat atas semua ini. Satu informasi lagi yang harus saya sampaikan, biarpun saya yakin akan ada banyak yang tidak suka, namun ini adalah sesuatu yang benar dan tidak direkayasa, bahwa perempuan ini sejak kecil sampai dewasa bersekolah di sekolah swasta berbasis agama yang kuat. Bagi saya, kita tidak bisa melihat kesalahan ini hanya lewat iman dan keyakinan karena ini adalah murni masalah informasi. Saya menyarankannya untuk mengerti dahulu tentang seks yang sehat dan benar lalu kemudian memintanya untuk melakukan terapi yang dilakukan oleh terapis profesional agar dapat mengatasi masalahnya ini dengan benar. Ini sudah merupakan sebauh penyimpangan kejiwaan yang dapat disembuhkan, dengan catatan, meamng ada kemauan dan usaha dari dirinya sendiri. Satu hal lagi, jangan pernah menertawakan mereka karena banyak di antara kita yang tidak sadar bahwa sebetulnya memiliki kelainan psikologis ataupun penyimpangan perilaku seksual yang seringkali kita abaikan atau tidak mau diakui. Lebih baik, cobalah untuk mengintrospeksi diri terlebih dahulu. Akui apa kekurangan kita sendiri dengan sejujur-jujurnya sebelum melakukan penilaian. Apakah benar sudah tahu, paham, dan mengerti apa itu seks yang benar?! Semoga bermanfaat!!! Salam Kompasiana, Mariska Lubis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun