[caption id="attachment_65331" align="alignleft" width="135" caption="Illustrasi: Google"][/caption] Siapa yang bisa merasa bahagia bila ditinggalkan? Siapa juga yang bisa merasa senang bila dia pergi? Biarpun mungkin hanya sementara waktu saja, namun hati tidak bisa dipungkiri. Rasa cemas dan rindu selalu bercampur aduk menjadi satu. Apakah harus kemudian dipungkiri? Si dia yang sangat dicintai harus pergi sejenak. Melakukan tugas yang harus dijalankannya. Tidak bisa tidak. Janji tetaplah janji. Prioritas tetap yang paling utama. Tidak boleh kemudian dihalang-halangi. Toh, semuanya untuk kebaikan bersama. "Saya pergi dulu, ya, cinta...." "Pergi ke mana, sayang?" "Pergi berkunjung ke daerah-daerah karena sudah terlanjur janji." "Lamakah?" "Hanya tiga hari." Tiga hari?!!! Hanya tiga hari?! Lama banget!!! Hiks!!! Ingin rasanya bisa berteriak, "Jangan pergi, dong!!! Jangan!!! Tetaplah di sini!!! Tetaplah selalu di sisi saya!!! Saya tidak bisa tanpa dirimu di sini!!! Saya selalu ingin bercinta denganmu!!! " Berlebihankah bila tiga hari itu menjadi lama? Mungkin bagi sebagian bilang terlalu berlebihan, namun bagi sebagian lagi tidak. Entah karena memang sudah terbiasa atau memang karena tidak cinta atau justru karena sangat cinta. Namun yang pasti, tidak mungkin tidak merasakan kerinduan itu. Diakui atau tidak. Rindu itu akan selalu ada. Apalagi kalau yang pergi si jantung hati!!! Belahan jiwa. Waaahhh!!! Tidaaaakkkk!!! Lain mungkin ceritanya bila kita yang pergi, ya. Biasanya, memang lebih mudah meninggalkan daripada ditingalkan. Iya, nggak, sih?! Soalnya, kalau meninggalkan sudah tahu memang sudah seharusnya begitu dan memang sudah punya tujuan yang pasti. Sudah tahu pula apa yang akan dilakukan. Biarpun selalu ada rindu, tetapi mungkin rasanya berbeda. Mungkin, lho?! Semoga saja tidak. Kalau pun iya, menyebalkan sekali!!!. Hehehe.... Tak jarang pada akhirnya kemudian hal ini yang memicu pertengkaran dalam hubungan percintaan. Habis biasanya, jadi mikir negatif, sih?! Cemburu biasanya selalu menghantui. Ketakutan akan kehilangan selalu merajalela. Susah sekali untuk diredam. Sulit sekali untuk tidak diluapkan. Ada baiknya bila kita harus berpikir positif bahwa segala sesuatunya memang sudah harus begitu. Ditinggalkan dan meninggalkan adalah hal biasa terjadi. Selalu ada hikmah dan manfaatnya tersendiri. Asal jangan pernah meninggalkan rasa cinta terhadap tanah air ini, ya!!! Kalau sampai meninggalkan, itu namanya kebangetan!!! Masa, sih, lebih bangga menjadi orang lain daripada menjadi diri sendiri?! Khusus untuk yang meninggalkan, kalau bisa, jangan pernah lupa juga untuk selalu memberikan reportase singkat. Entahlah apa itu bentuknya. Supaya yang ditinggalkan tidak merasa benar-benar ditinggalkan. Ada, nih, seseorang yang penuh cinta, menuliskan reportasenya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada yang sangat dicintainya. "Ombak menghempas-hempas bibir pantai dan desir rindu ini menggigit belahan bibir ini. Jalan membukit, lurus, dan terkadang membelok ke arah hatimu. Daun-daun di tepi gunung bagai membisik cinta. Doakan saya, ya." Aduuuhhhh!!! Biarpun semakin galau perasaan yang ditingalkan namun tetap merasa nyaman karena tidak merasa ditinggalkan. Tetap selalu bisa bercinta walaupun hanya lewat kata-kata mesra. Selalu isi kekosongan hari-hari dengan kegiatan yang bermanfaat. Kesepian hanya memicu gundah gulana. Tidak ada juga gunanya. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan akan semakin cepat rasanya waktu berlalu. Tiga hari pun tidak akan terasa. Tahu-tahu dia sudah kembali ke dalam pelukan. Aduuhhh, asyiknya!!! Tinggal meluapkan, deh, semua rasa rindu itu sekuat-kuatnya. Kalau perlu, tiga hari disimpan di dalam kamar terkunci. Sebagai balasan atas segala rasa yang selama ini harus dipendam. Jadinya, nih, jangan pergi, dong-nya bukan hanya karena dia pergi ke luar rumah tetapi tetap berlanjut supaya dia tidak pergi juga dari dalam dekapan di dalam kamar. Hehehe... Mau, dong?! Semoga bermanfaat!!! Salam Kompasiana, Mariska Lubis NB: Terinspirasi dari seseorang yang sedang pergi dan ada banyak sekali rindu untuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H