Sudah beberapa kali saya menuliskan hal yang sama. Saya pernah menuliskannya di dalam tulisan yang berjudul “Pelecehan Seksual dan Prostitusi Anak Pasca Bencana” , “Tolong Jangan Remehkan Masalah Seks Di Tempat Bencana”, dan “Untuk Indonesia – Sebuah Kisah Dari Mantan Seorang Korban Bencana”. Namun kali ini agak berbeda karena saya melakukan sedikit wawancara dengan Kang Heidy Yunus. Saya ingin mendengarkan pendapatnya tentang masalah seks dan juga masalah seks pasca bencana ini. Pasti semua masih ingat dengan Kang Heidy Yunus yang telah sekian lama menemani kita semua lewat suaranya yang merdu. Ya, meski sudah sekian lama juga beliau jarang muncul di “permukaan” tetapi ternyata beliau masih aktif di dalam berbagai kegiatan. Salah satunya adalah dalam acara sosial penggalangan dana untuk korban merapi yang dilakukan oleh seluruh radio se-Indonesia beberapa waktu yang lalu. Di dalam kesempatan itu, kebetulan saya bertemu dengannya saat sedang sama-sama menjadi nara sumber untuk acara di Radio Cosmopolitan fm Jakarta. Beliau menjadi nara sumber untuk bincang-bincang tentangmengatasi masalah banjir di Jakarta sementara saya seperti biasa, menjadi nara sumber untuk acara Couples Theraphy bersama Durex. Namun demikian, kami sama-sama mengkhawatirkan sekali problema musibah bencana yang sedang terjadi saat ini.
Tidak ingin kehilangan kesempatan ditambah lagi naluri wartawan saya entah tiba-tiba saja muncul lagi, saya pun meminta waktunya untuk berbincang-bincang sebentar dengan saya. Pada kesempatan itu, ditemani juga oleh Santi Bonis dan Airlangga Pandega, dua penyiar kondang Cosmopolitan Fm, juga beberapa crew radio itu serta Yayat Nurhidayat, seorang sahabat yang banyak mengurus kegiatan Durex. Kami semua pun akhirnya nimbrung bersama. Bagaimana pendapat Kang Heidy tentang seks itu sendiri? Seks adalah salah satu kegiatan yang sudah sangat manusia untuk dilakukan dan tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan seks itu adalah sebagai sesuatu yang sangat nikmat, indah ataupun sakral. Apapun itu, seks itu sudah merupakan bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipungkiri. Bahkan sebelum atau sudah menikah. Seks yang dilakukan oleh mereka yang belum menikah pun tetap dilakukan, belum tentu dengan pasangan, tetapi bisa sendiri, seperti dengan masturbasi. Apakah sering tergoda dengan seks?! Saat saya sedang capek dan lelah sekalipun, tidak bisa dipungkiri kalau yang namanya “hantu” seks itu sering menggoda. Sering terlintas dalamkeinginan untuk menonton film atau melakukan berbagai kegiatan seks lainnya. Untuk menghindari hantu seks itu, adalah dengan melakukan banyak kegiatan. Semua tergantung pada diri kita pribadi bagaimana untuk menyalurkannya atau menghilangkannya. Setiap orang berbeda-beda. Bagaimana dengan masalah seksual yang terjadi pasca bencana?! Benar-benar saya baru dengar tentang masalah seks yang terjadi pada mereka yang menjadi korban bencana ini. Sebelumnya saya sama sekali tidak terlintas atau terpikirkan sama sekali dan saya juga tidak mendapatkan informasi tentang ini semua. Sungguh sangat menyedihkan sekali mengetahuinya, tetapi ini patut diperhatikan sekali. Pasti banyak yang juga tidak tahu atau tidak menduga mengenai hal ini. Saya memang pernah mendengar selentingan tentang anak-anak yang dijual dan diculik di daerah yang terjadi bencana, tetapi saya tidak menduga ada banyak masalah lainnya yang terjadi. Kasihan mereka, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bila sudah mengetahui hal ini, apakah menurut Anda memang harus ada penanganan khusus agar tidak terjadi lagi?! Tentunya sebisa mungkin harus segera diantisipasi dan diatasi agar tidak terjadi. Ada baiknya bila hal ini disosialisasikan agar semua tahu apa yang terjadi. Sekarang ini memang semua lebih terfokus kepada sumbangan dalam bentuk materi dan kebutuhan sehari-hari, hanya sedikit saja yang memperhatikan kebutuhan atau penanganan psikologis mereka. Lagipula, orang-orang cenderung hanya heboh pas sedang terjadi musibah bencana saja. Nanti kalau sudah dua tiga bulan juga lupa dan semuanya kembali seperti tidak ada apa-apa lagi. Padahal tugas untuk membantu menangani bencana ini tidak boleh berhenti karena pasti sangat panjang sekali. Apakah Anda mau membantu untuk menghentikan semua ini?! Saya akan membantu sebisa dan semampu saya karena saya juga ingin tidak lagi ada korban yang berjatuhan. Perbincangan kami memang sangat singkat namun inti dari pembicaraan ini adalah yang menjadi prioritas. Memang banyak sekali yang belum menyadari bahwa ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Informasi pun sangat terbatas dan hanya diketahui oleh pihak-pihak tertentu saja. Seseorang yang bahkan terkenal dan memiliki banyak jaringan dan teman pun seperti Kang Heidy sulit untuk mendapatkannya sehingga penanganan atau antisipasinya pun sangat minim sekali. Bahkan bukan juga sesuatu yang bisa dianggap tidak ada meski akibat dari trauma bencana yang berkepanjangan serta penyimpangan dalam perilaku seksual termasuk kekerasan yang terjadi di dalamnya bisa berakibat panjang. Fasilitas dan sarana bisa dibangun kembali tetapi yang namanya trauma susah untuk dihilangkan dan akan membekas seumur hidup. Kita bisa melihat contoh kasus yang terjadi di Aceh dan Pulau Nias setelah Pasca Tsunami terjadi. Sadarkah semua apa yang terjadi di sana kemudian?! Bagaimana dengan tingkat pelacuran, AIDS, pelecehan seksual dan human trafficking yang terjadi di sana?! Apakah harus juga dipungkiri dan dianggap sebagai sebuah dusta dan kebohongan belaka?! Bagaimana dengan fakta dan kenyataan yang ada?! Haruskah juga pembenaran itu terus terjadi sehingga masalah kian terus berlanjut?! Maksud dari saya untuk menuliskan semua ini adalah ditujukan agar kita semua mau memperhatikan masalah yang sangat serius ini. Mungkin saya memang terlalu berlebihan dan saya akui bahwa saya ini hanyalah seorang pengumpul remah yang tercecer. Saya hanya mengumpulkan hal-hal yang kecil yang seringkali diabaikan dan dianggap tidak penting bahkan dibuang dan dihina begitu saja. Bagi saya, hal-hal yang kecil itu belum tentu kecil karena yang besar itu pun seringkali sama sekali tidak besar. Bila hal-hal yang kecil saja tidak bisa diselesaikan apalagi yang besar? Bila hal-hal yang kecil selalu dianggap remah, remeh temeh, dan tidak penting bagaimana mau menjadi besar?! Perubahan itu tidak akan pernah ada bila semua selalu merasa besar dan hanya memikirkan yang besar sementara semua sadar penuh bahwa tidak ada yang besar bila tidak dimulai dari yang kecil. Bilapun kemudian ada yang menyalahkan pemerintah atau pihak-pihak lainnya sehingga masalah ini tidak diselesaikan ataupun diperhatikan, menurut saya tidak juga. Memang seks sudah sekian lama menjadi sesuatu yang dianggap rendah dan hina karena memang diperlakukan demikian oleh kebanyakan dari semua. Seks itu hanya menjadi objek yang tidak penting dan bahkan hanya menjadi bahan cemoohan serta bulan-bulanan. Hanya sedikit sekali yang mau menyadari dan mau mengerti serta memahami apa seks yang sebenarnya. Hanya sedikit juga yang mau belajar dan menjadikan seks itu sebagai sesuatu yang seharusnya dihormati dan dihargai sebagai anugerah dan rahmat terindah yang diberikan oleh-Nya. Lagipula, kita terlalu sering mengkrik bagaimana “orang penting” itu sering mengabaikan hal-hal yang tidak penting sementara lebih banyak lagi “yang tidak penting” ingin menjadi penting lewat berbagai kepentingan dan merasa penting serta ingin dipentingkan. Apa yang penting dan tidak penting itupun yang pada akhirnya menjadi tujuan dan ambisi sehingga objektifitas di dalam berpikir pun tidak lagi ada. Berteriak tentang perubahan pun hanya sekedar berteriak dan bilapun melakukan sesuatu selalu saja lebih mendahulukan bukti serta pembuktian padahal tidak ada yang perlu dibuktikan. Bicara dan tindak nyata itu tidak selalu sama tetapi apa yang dilakukan itu tidak selalu nampak jelas oleh mata apalagi yang tertutup oleh batu dan kaca mata kuda. Segala sesuatunya tampak jelas bila mau melihat dengan mata dan hati. Segala sesuatu bisa dilihat dengan lebih indah bila mau melihatnya dari segala sudut pandang yang berbeda. Jangan menyamakan bila tidak bisa melihat persamaan yang sesungguhnya dan jangan melihat perbedaan bila itu hanya kulit dan permukaan. Percuma saja kita saling menuding dan menyalahkan bila sama-sama tidak mau bercermin dan melakukan introspeksi diri. Ini adalah hal yang tersulit karena masing-masing selalu memiliki alasan masing-masing. Seperti yang pernah saya katakan bahwa ada sejuta alasan untuk melakukan perubahan dan ada sejuta juga alasan untuk tidak berubah namun apa yang sebenarnya diinginkan dan menjadi tujuan semua?! Apa yang menjadi akar dan inti permasalahanlah yang seharusnya dicari dan diselesaikan. Jalan singkat belum tentu menghasilkan apa yang persis sama dengan apa yang ada di dalam benak dan mimpi. Memang tidak mudah tetapi bukanlah tidak mungkin. Sangat dibutuhkan keberanian, kemauan, dan kerja keras untuk melakukannya. Segala sesuatunya harus melewati proses sehingga bukan cepat atau lambatnya yang harus dipikirkan tetapi apa yang menjadi tujuan utamanya. Proses jauh lebih berarti daripada hasil karena yang lebih sulit dan harus terus diperjuangkan adalah prosesnya. Tidak ada yang bisa diabaikan bila ingin proses itu menjadi sebuah kesempurnaan. Kupu-kupu pun harus menjadi ulat yang kecil dan diabaikan, membuat kepompong dan masuk ke dalam kepompong sebelum berubah menjadi kupu-kupu terindah. Bila ada satu hal saja yang terlewati, maka dia tidak akan pernah menjadi kupu-kupu yang indah. Apa yang sebenarnya dilihat ke depan?! Perubahan itu harus dimulai dari sendiri dan bukan berarti kemudian menjadi tidak peduli. Tidak ada yang bisa mengubah dunia bila diri sendiri masih terlalu angkuh dan sombong untuk mau berubah. Bicara soal perubahan tetapi takut untuk menghadapi fakta dan kenyataan atas apa dan siapa diri sebenarnya. Sujud itu belum tentu sujud dan berdiri itu belum tentu tegak bila masih merasa “lebih”. Tidak ada seorang pun yang bisa benar-benar belajar bila tidak mau merendahkan hatinya karena apa yang dipikirkan hanyalah sebuah masturbasi otak dan onani intelektual belaka. Marah, dendam, dan dengki tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah tetapi hanya akan membuat masalah baru. Tidak ada yang bisa berpikir objektif bila masih ada marah, dendam, dan dengki. Tidak ada juga yang bisa membawa bangsa dan Negara ini ke arah yang positif bila diri sendiri masih berpikiran picik dan negatif. Hanya jiwa besar yang bisa menikmati cakrawala dan keindahan dunia. Saya memang bodoh. Saya bisa bermimpi, berusaha, dan mengaku seorang pejuang namun apalah artinya bila itu hanya sekedar mimpi dan hasrat serta ambisi saya semata tanpa mengindahkan apa yang menjadi mimpi dan keinginan bersama itu. Apa yang saya perjuangkan itupun hanya untuk saya sendiri meski mengatasnamakan orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara bahkan kebenaran. Jika demikian halnya, saya hanyalah seorang pejuang pembual yang menjual bualan dan itu sama sekali tidak penting untuk dianggap penting ataupun menjadi penting dan dipentingkan. Saya hanya ingin mimpi bersama itu nyata. Itu saja. Maukah semua sama-sama mewujudkan mimpi kita bersama itu?! Jangan pernah abaikan atau jadikan remeh masalah seks dan juga apa yang terjadi pasca bencana ini bila memang ingin masa depan dan kehidupan ini menjadi lebih baik lagi. Mungkin memang ini semua tidak dirasa berarti namun tidak ada yang tidak berarti bila memang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada yang tidak bermanfaat bila memang dilakukan dengan penuh cinta yang tulus dan ikhlas. Pikirkan masa depan dan kehidupan di masa depan. Bila memang cinta itu ada, maka berikanlah cinta itu untuk semua. Belajar dan belajarlah terus dengan segala kerendahan hati dan milikilah jiwa yang besar agar diri itu dipenuhi cinta yang sesungguhnya. Semoga tulisan ini bisa memberikan banyak manfaat. Salam hangat selalu, Mariska Lubis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H