Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta #11

4 Agustus 2010   11:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:18 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_215045" align="alignleft" width="238" caption="Ilustrasi oleh Azam Raharjo: "Color Sketch of A Redhead""][/caption]

Malam telah larut dan waktu terus bergulir dengan sangat cepatnya. Udara dingin terasa menyengat dan merasuk ke dalam setiap pori. Menambah kerinduan atas kehangatan yang selama ini dirindukan. Entah siapa yang sebenarnya dirindukan itu. Dia pun tak tahu. Namun bayangan yang ada di dalam dirinya itu ada dan dia selalu dirindukannya.

Secangkir kopi hangat tak mampu memberikan kehangatan yang kuinginkan. Sejuta cangkir kopi pun tak akan pernah mampu. Dia ingin mendapatkan sentuhan dan belaian hangat seorang pria. Ya, jari jemari hangat yang lembut menyentuh sekujur tubuhnya dan tangan-tangan yang kuat merengkuh dan mendekap erat tubuhnya Bibir merah yang penuh kehangatan yang mengecup mesra seluruh kulit yang melapisi tubuhku. Desah nafas yang hangat dan memburu diiringi ucapan cinta serta kerinduan yang terdengar merdu di telingaku. Aduuhhhh!!!

“Stop it!!! Gotta finish this article by now!!!” Rindu memantapkan hatinya.

Menarik nafas dalam dan panjang dan menghembuskannya perlahan. Berusaha kembali untuk fokus dan konsentrasi pada tulisan yang sedang dibuatnya. Namun sepertinya sulit sekali. Padahal besok pagi harus sudah diserahkan untuk di lay out.”Bagaimana ini?!” begitu yang ada di dalam pikirannya. Tampak dari raut wajahnya yang bingung.

Matanya pun terpejam dan telapak tangannya yang berpangku di atas meja kerja menutupi wajah. Pikiran pun kembali melayang-layang ke sana ke mari. Hinggap dan terbang tak tentu arah. Kelebat ingatan itu pun muncul dan terus muncul. Dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Dari wajah yang satu ke wajah yang lainnya. Aaaahhhh!!! ”Sepertinya benar semua ucapan mereka! Teman dan sahabat semua berkata yang sama. Pria memang takut denganku!” Rindu berucap lirih sambil menarik nafas panjang.

Dibukanya kembali lembaran buku harian yang ada di atas meja. Lembar demi lembar  pertama dibacanya kembali. Tiba-tiba saja dia menahan nafas. Sepertinya ada sesuatu yang hadir dalam pikirannya.

Muncul bayangan saat duduk di kedai kopi bersama Dessy, seorang sahabat lama beberapa tahun yang lalu. Waktu itu mereka berbincang dan mempertanyakan tentang sulitnya mencari kekasih hati. Sementara yang lain bisa dengan mudahnya mendapatkan banyak kekasih, tetapi Rindu sangat sulit sekali. Meski sebenarnya tak ada kriteria khusus yang dimilikinya. Selama dirasakan ada getaran cinta di hati, dia akan menerimanya dengan sepenuh hati.

Diingat-ingatnya apa yang pernah diucapkan,”Banyak yang suka padamu tetapi sedikit yang memiliki nyali untuk mendekati dan berterus-terang padamu. Kamu terlalu perkasa dan luar biasa. Mereka sangat menghormatimu sehingga takut denganmu. Kamu cantik, pintar, mandiri, dan mudah bergaul. Memiliki semua yang diimpikan. Karier pun kauraih dengan sebegitu mudahnya. Para pesaingmu tumbang dan tak ada yang bisa mengalahkanmu. Hanya pria yang benar-benar mencintaimu yang bisa menerimamu. Biar bagaimanapun pria menginginkan perempuan yang bisa menjadi pendamping hidupnya dan ibu dari anak-anaknya.”

“Masa, sih, Des?”

“Iya, mereka sudah takut duluan. Buktinya, sekarang baru banyak yang mengaku, kan?! Setelah sekian lama tak bertemu lalu berjumpa kembali di FB, dan mereka menceritakan apa yang sebenarnya mereka rasakan dulu?!”

”Benar juga! Duh! Repot kalau begini!”

“Hahaha... Repot banget!”, katanya sambil tertawa geli.

Sekonyong-konyong saja lamunannya berhenti. Semua ingatan itu sepertinya telah menghentak dirinya. Dibuka nya wajah dan mata lalu kembali menatap layar komputer di hadapannya.

"Kali ini berbeda. Aku sekarang mengerti semua ini. Baiklah kalau begitu!!! Beruntunglah diriku tak mendapatkan kalian wahai pria pengecut!!! Aku tak membutuhkan pengecut!!! Aku membutuhkan pria sejati!!!”

Jemarinya segera bergerak menekan tombol-tombol di atas keyboard. “Aku akan membuat mereka mengerti apa yang diinginkan perempuan!”

Sepenggal kalimat terurai, “Aku perempuan yang tahu dan kenal siapa diriku. Pengabdian dan melayani adalah hidupku. Aku memiliki banyak cinta untuk semua, dan hanya kalian yang tak pernah bisa mengerti siapa diriku tak pernah tahu bagaimana cinta yang kumiliki. Enyahlah kalian semua! Aku masih muda dan masih memiliki banyak kesempatan. Kuyakin akan ada pria terbaik yang akan datang untukku. Memiliki cinta yang sesungguhnya. Menerimaku apa adanya dan dengan sepenuh hati serta penuh ketulusan. Akan kuberikan segenap jiwa dan ragaku untuknya. Seluruh cintaku untuknya.”

Di dalam hati kecilnya tetap saja ada keinginan.... "Semoga saja dalam waktu dekat ini! Aku sangat merindukanya! Aku membutuhkan cinta." Hmmm....

Ayo lanjutkan Bahagia Arbi!!! Hehehe....

Urutan sementara Cerita Keroyokan Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta.

G -> Endah Raharjo -> Sari Novita -> Rahmi Hafizah -> Winda Krisnadefa -> Deasy ->Indah Wd -> Ria Tumimomor-> Mommy -> Ranti Tirta-> Mariska Lubis-> Bahagia Arbi -> Sri Budiarti -> Meliana Indie -> Lia Agustina -> Vira Classic-> Kine Risty-> Princess e Diary

Catatan:

Selamat ulang tahun Winda!!! Semoga yang terbaik dan terindah selalu diberikan oleh-Nya untukmu!!! Selalu ada cinta untukmu!!!

Setelah diberitahu Sari, ada sedikit perubahan karena ternyata Rindu itu orang ketiga, bukan orang pertama, sehingga harus diubah. Maaf ya!!! Btw, lanjutkan terus!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun