Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mendayung Khatulistiwa

18 Februari 2010   14:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:51 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_76812" align="alignleft" width="225" caption="Illustrasi: www.allposters.com"][/caption] Cinta pertama tak terlupakan. Segala rasa yang ada tercurahkan hanya untuk dirinya seorang. Sayang kemudian terpisahkan oleh karena ketidakmengertian dan ketidakpahaman serta keegoisan. Jarak pun menjadi jurang pemisah. Namun cinta itu tidak pernah hilang terkikis oleh waktu. Masih ditunggu dan dinantikan. Biarpun sepertinya sudah tidak ada harapan, tetapi selalu ada dan ada selalu. Kerinduan untuk bertemu dan meluapkan cinta serta kerinduan itu pun menjadi sebuah janji. Jejaka mendayung. Perawan menanti. Pertemuan di sebuah masa. Di sebuah tempat di khatulistiwa. Jejaka: "Mungkinkah?" Perawan: "Kenapa tidak?" Jejaka: "Bagaimana?" Perawan: "Bagaimana seharusnya?" Jejaka: "Entahlah..." Perawan: "Saya tunggu." Peperangan berkecamuk di dalam hati dan sanubari. Besar keinginan tidak tahu ke mana angin berhembus. Tanggung jawab menjadi batu dan duri. Penyesalan memang selalu datang belakangan. Masihkah ada harapan? Peperangan berkecamuk di dalam hati dan sanubari. Besar keinginan tidak tahu ke mana angin berhembus. Tanggung jawab menjadi batu dan duri. Penyesalan memang selalu datang belakangan. Masihkah ada harapan? Jejaka: “Aku dan kau satu.” Laut: “Bruurrrrr……” Jejaka: “Meski kau disana dan aku disini, kita satu. Ombak: “Gruemmmmmmmmm….” Jejaka: “Sekalipun kau remuk, tetap satu.” Angin: “Ssttttttttttttt…..” Jejaka: “Ya, tetap satu. Sampai kita satu.” Jejaka: “Aku pergi, menjemput kekasih. Mendayung. Dengan tanganku ke batas khatulistiwa.” Malam merangkak bersama gerak. Angin menerjang bersama gelap. Ombak menari berpegangan pasir. Gairah cinta tersangkut di batas khatulistiwa. Bertemu kekasih adalah keindahan yang tiada terkira. Di tepian pasir dari sebuah rumah berlampu kecil sebuah alunan menemani perjalanan: Biarkan waktu melepas pegangan Jemari kita tetap menyatu di belahan hati Biarkan jarak memisahkan kita Rindu jiwa terus memeluk cinta dihati oh… oh….oh….de…de….de…di…di…di…do..da Ku dayung hati, Ku simak angin Mendayung hingga ke batas waktu Di pelabuhan cinta Kita bertemu oh… oh….oh….de…de….de…di…di…di…do..da Di atas elang malam menari mematuk lupa dan jejaka merapatkan tubuh ke selimut malam sambil meneguk anggur kerinduan yang terus mendahaga jiwa. Salam Kompasiana, Mariska Lubis & Risman A. Rachman NB: Tulisan ini dibuat oleh kami berdua untuk seorang sahabat yang berteman dengan malam dan tikus liar serta para kampret di malam hari... "Take it or leave it, babe!!!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun