Bandung terkenal dengan berbagai peninggalan dan arsitektur bergaya kolonial. Tak hanya itu, Bandung juga mempunyai cerita sejarah di dalamnya, salah satunya Villa Isola.
Villa Isola berlokasi di Jalan Setiabudi, Isola, Sukasari, Bandung. Dahulu, villa ini milik saudagar keturunan Jawa-Belanda, Dominique Willem Berretty. Ia dikenal dekat dengan pemerintah Belanda. Namun, ia ternyata juga dekat dengan pemerintah Jepang sehingga menimbulkan kemarahan pemerintah Belanda kepadanya.
Oleh karena itu, Berretty memilih untuk mengasingkan diri ke tempat yang lebih tenang dengan membangun villa besar. Di dalam villa terdapat tulisan "M’Isolo E Vivo". Tulisan itu diambil dari bahasa Italia yang berarti “Saya mengisolasi diri dan bertahan hidup.” Dari tulisan itu, Berretty menamai villanya dengan sebutan Villa Isola.
Bangunan klasik nan megah ini dibangun oleh biro Algemeen Ingenieurs en Architecten (AIA) dan bekerja sama dengan seorang arsitek bernama Charles Prosper Wolff Schoemaker pada tahun 1932. Setelah satu tahun, villa dengan gaya Art Deco dapat selesai dan diresmikan pada 17 Desember 1933.
Berretty meninggal dunia setelah satu tahun menghuni villa itu. Selepas peninggalannya, Villa Isola mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Pertama diubah menjadi sebuah hotel. Kemudian, dijadikan sebagai markas besar Komandan Divisi Angkatan Darat Bandung. Setelah itu, terjadi pertempuran hebat di bagian utara Bandung menyebabkan Isola terkena ledakan bom dan terbengkalai selama bertahun-tahun.
Villa Isola kembali dibuka oleh Jepang ada tahun 1943 dan dijadikan sebagai museum perang dan kemenangan Jepang pada saat itu. Setelah proklamasi, villa isola kembali beralih fungsi menjadi markas besar Divisi Siliwangi dan akhirnya dijadikan sebagai gedung rektorat UPI dengan nama Bumi Siliwangi.
Sumber Rujukan:
https://tapak.id/villa-isola-sejarah-panjang-hingga-pengakuan-sunda-empire/