Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Di Balik Awan Kota Tua

19 November 2024   12:57 Diperbarui: 19 November 2024   13:02 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja mulai turun di Kota Tua, membanjiri jalanan dengan cahaya emas yang memudar. Gedung-gedung tua dengan jendela-jendela besar memantulkan sisa-sisa cahaya, menghadirkan suasana nostalgia yang sulit dijelaskan. Di antara kerumunan turis dan pedagang kaki lima, seorang pria bernama Arya duduk di sebuah bangku kayu di tepi alun-alun, menatap kosong ke arah gedung museum.

Di tangannya, ada sebuah buku catatan usang dengan sampul kulit yang sudah mulai memudar. Buku itu adalah warisan dari almarhum kakeknya, yang baru saja ia terima sebulan lalu setelah kakeknya meninggal. Arya tidak pernah dekat dengan kakeknya, tapi entah kenapa, ia merasa perlu untuk mencari tahu isi buku itu. Ada perasaan aneh yang menggelitik di dalam dadanya, seolah-olah buku itu menyimpan jawaban yang telah lama ia cari.

Arya membuka buku itu perlahan, halaman demi halaman yang penuh dengan catatan tangan dan foto-foto hitam-putih. Beberapa halaman awal hanya berisi tulisan-tulisan yang tampak seperti catatan perjalanan kakeknya di masa muda. Namun, di halaman tengah, ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya---sebuah peta kecil yang digambar tangan, menunjukkan lokasi yang tampaknya berada di Kota Tua ini.

"Temukan rahasianya di bawah menara jam tua," bunyi catatan kecil di samping peta itu.

Menara jam tua itu berada tepat di depan Arya sekarang. Ia menatapnya dengan rasa penasaran yang tak bisa ditahan. Kenapa kakeknya meninggalkan pesan seperti ini? Apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan?

Tanpa berpikir panjang, Arya melangkah mendekati menara jam tua itu. Di kaki menara, terdapat sebuah pintu kecil yang biasanya terkunci. Namun, saat Arya mencoba memutarnya, pintu itu terbuka dengan mudah, seolah-olah menantinya untuk masuk. Dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan antusiasme, Arya melangkah masuk ke dalam kegelapan.

Di dalam, tangga melingkar yang terbuat dari batu tua membawa Arya naik ke atas. Udara di dalam menara terasa dingin dan lembap, dan setiap langkah kaki Arya menimbulkan gema yang memantul di dinding sempit. Jantungnya berdetak semakin kencang, seolah menyadari bahwa ada sesuatu yang besar menantinya di puncak menara ini.

Saat Arya tiba di lantai paling atas, ia disambut oleh pemandangan Kota Tua yang menakjubkan dari jendela-jendela besar. Namun, bukan pemandangan itu yang menarik perhatiannya. Di tengah ruangan, ada sebuah kotak kayu besar yang tertutup debu. Dengan hati-hati, Arya membuka kotak itu dan menemukan sebuah benda yang tak pernah ia duga akan temukan---sebuah kamera tua dan tumpukan surat yang sudah menguning.

Arya mengambil salah satu surat itu dan membacanya perlahan.

"Untuk siapa pun yang menemukan ini, ketahuilah bahwa di balik setiap foto yang kuambil, ada kisah yang tidak pernah kuceritakan. Kamera ini telah merekam kebenaran yang selama ini kusimpan. Jika kau ingin tahu kebenaran tentang keluarga kita, bukalah lembaran-lembaran foto ini, dan kau akan mengerti apa yang sebenarnya terjadi."

Arya terdiam sejenak, mencoba memahami maksud surat itu. Ia mengeluarkan kamera tua dari kotaknya, dan menyadari bahwa masih ada sebuah gulungan film yang belum dicetak. Tanpa membuang waktu, Arya memutuskan untuk membawa film itu ke toko foto di sudut jalan yang masih melayani cetak foto dari film analog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun