Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary: Sepi yang Menenangkan

23 Oktober 2024   22:38 Diperbarui: 23 Oktober 2024   23:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini aku memutuskan sesuatu yang rasanya sudah lama ingin kulakukan---perjalanan sendirian. Entah kenapa, aku merasa jenuh dengan rutinitas. Hidup seperti ini, bangun, bekerja, bertemu orang yang sama, dan kembali tidur, membuatku merasa hampa. Mungkin aku butuh waktu untuk memahami apa yang sebenarnya aku cari. Jadi, kuputuskan untuk pergi tanpa rencana yang jelas. Hanya ada aku, ransel kecil, dan buku ini---diary baru tempat kutulis perjalananku.

Pagi tadi aku naik kereta menuju kota kecil di pinggiran. Tidak tahu pasti mau ke mana setelah sampai, tapi itu tidak masalah. Aku ingin menemukan diriku lagi---apa pun artinya.

Hari kedua. Aku akhirnya tiba di kota kecil bernama Selaras. Di sini tidak banyak wisatawan, dan itu membuatku merasa lebih nyaman. Sepi, tapi tidak terasa kesepian. Aku menginap di penginapan sederhana dengan kamar kecil yang jendelanya menghadap sawah luas. Saat malam datang, aku bisa mendengar suara jangkrik dan angin yang berhembus pelan. Rasanya seperti dipeluk ketenangan.

Tadi sore, aku berjalan-jalan di sekitar desa. Langit sore di sini berwarna jingga, seakan-akan merangkul bumi dengan kehangatan. Aku bertemu seorang petani tua di sawah. Ia mengajakku berbincang sambil minum teh hangat di gubuknya. Dari obrolan sederhana itu, aku menyadari betapa kita sering lupa menghargai hal-hal kecil. Aku bertanya-tanya, sudah berapa lama aku tidak duduk diam dan menikmati sore hari?

Siang ini aku bertemu dengan seseorang bernama Dira, seorang gadis sebaya yang juga sedang melakukan perjalanan sendirian. Aneh rasanya, bertemu orang asing di tempat terpencil seperti ini dan langsung merasa akrab. Kami mengobrol sepanjang sore, berbagi cerita tentang alasan kami bepergian sendiri. Dia bilang, "Kadang kita harus tersesat dulu untuk menemukan jalan." Kata-katanya membuatku terdiam cukup lama.

Kami berjanji untuk bertemu lagi besok pagi dan menjelajahi hutan kecil di dekat sini. Walaupun aku ingin menikmati waktu sendirian, bertemu orang seperti Dira membuatku sadar bahwa perjalanan bukan hanya soal diri sendiri, tapi juga tentang orang-orang yang kau temui di sepanjang jalan.

Hari ini penuh petualangan! Bersama Dira, kami menjelajahi hutan kecil yang katanya memiliki air terjun tersembunyi. Awalnya perjalanan terasa mudah, tapi semakin jauh, jalan setapak mulai menghilang. Kami tersesat, tapi anehnya aku tidak merasa cemas. Mungkin karena Dira terus tertawa dan berkata bahwa tersesat adalah bagian terbaik dari perjalanan.

Setelah berjalan hampir dua jam, akhirnya kami menemukan air terjun itu. Tempatnya begitu indah dan tenang, seakan tersembunyi dari dunia luar. Kami berendam sebentar di bawah air terjun, menikmati dinginnya air dan suara gemuruh yang menenangkan. Saat aku menutup mata di sana, ada perasaan damai yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Mungkin inilah yang kucari selama ini---momen di mana aku merasa utuh, tanpa gangguan pikiran atau kekhawatiran.

Malam ini, aku dan Dira duduk di tepi sawah sambil melihat bintang. Langit di sini begitu bersih, bintang-bintangnya seolah berkilauan lebih terang dari biasanya. Kami berbicara tentang mimpi dan ketakutan, tentang hal-hal yang sering tidak bisa kami utarakan kepada orang lain.

"Apa kamu merasa sudah tahu siapa dirimu?" tanya Dira tiba-tiba. Pertanyaan itu membuatku berpikir. Selama ini, aku terlalu sibuk mengejar hal-hal yang menurut orang penting---pekerjaan, status, dan kesuksesan. Tapi aku lupa bertanya pada diriku sendiri, apa yang sebenarnya kubutuhkan untuk bahagia?

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Dira malam ini. Tapi entah kenapa, aku merasa tidak perlu buru-buru menemukan jawabannya. Kadang, proses mencari jauh lebih berarti daripada jawaban itu sendiri.

Hari ini Dira harus melanjutkan perjalanannya. Rasanya berat harus berpisah, padahal kami baru saja bertemu. Tapi mungkin memang begitulah pertemuan dalam perjalanan---singkat tapi penuh makna. Sebelum pergi, Dira berkata sesuatu yang akan selalu kuingat: "Semua orang sedang mencari sesuatu dalam hidupnya. Tapi jangan lupa, kadang yang kita cari sudah ada di depan mata, hanya saja kita tidak menyadarinya."

Setelah Dira pergi, aku berjalan-jalan sendirian lagi. Rasanya aneh, tapi aku tahu aku tidak akan benar-benar sendirian. Aku membawa serta kenangan dan pelajaran dari pertemuan ini, dan itu lebih dari cukup.

Aku menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil hari ini. Duduk di warung kopi sederhana sambil menikmati segelas kopi hitam, melihat anak-anak bermain di lapangan, atau hanya mendengarkan bunyi angin yang berhembus di antara pepohonan. Di kota besar, hal-hal seperti ini sering terlewat karena kita terlalu sibuk berlari mengejar waktu.

Aku belajar bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dicari jauh-jauh. Kadang ia bersembunyi di momen sederhana, di antara tawa dan obrolan ringan, atau dalam diam yang menenangkan. Mungkin aku tidak perlu pergi jauh untuk menemukan diriku. Mungkin diriku sudah ada di sini, hanya saja aku tidak pernah benar-benar memperhatikannya.

Akhirnya, hari terakhir di perjalanan ini. Besok pagi aku akan kembali ke rutinitas, tapi aku tahu aku tidak akan kembali sebagai orang yang sama. Perjalanan ini memberiku perspektif baru tentang hidup. Aku belajar bahwa mencari jati diri bukan berarti menemukan sesuatu yang baru, tapi justru menerima siapa diriku yang sebenarnya.

Aku tidak tahu apakah aku akan kembali ke kota ini lagi. Tapi kenangan dan pelajaran dari perjalanan ini akan selalu kubawa ke mana pun aku pergi.

Sumbawa, 23 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun