Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary: Terang Gelapnya Kehidupan yang Bermakna

23 September 2024   21:17 Diperbarui: 23 September 2024   21:23 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah hari kesekian kalinya aku memutuskan untuk menulis di dalam diary ini. Aku bukan tipe orang yang suka mencurahkan isi hati melalui tulisan, tetapi belakangan ini aku merasa perlu untuk melepaskan semua beban di pikiranku. Kadang aku merasa seperti terjebak dalam rutinitas tanpa arah yang jelas. Pekerjaan yang terus menumpuk, hubungan yang terasa hambar, dan mimpi-mimpi yang entah kapan bisa kukejar.

Semua berawal dari satu hal yang sederhana: aku merasa kehilangan diriku sendiri. Ternyata, menulis ini cukup melegakan. Aku merasa setiap huruf yang tertulis di sini seolah melepaskan sedikit beban yang ada di bahuku. Di sekolah tempat mengajar, situasi masih sama. Kepala sekolah memberikan deadline tugas untuk mengajar baru yang lagi-lagi terasa tidak masuk akal. Selalu seperti ini. Aku bekerja keras, namun rasanya tak pernah cukup di mata mereka.

Hari ini juga aku bertengkar dengan Dita, sahabatku sejak SMA. Dia menuduhku terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga melupakan teman-temanku. Mungkin dia benar, tetapi aku hanya ingin berusaha untuk bertahan hidup. Tapi, apakah semua ini layak jika aku kehilangan teman di sepanjang jalan?

Aku mulai berpikir untuk berhenti dari pekerjaanku. Terkadang hidup ini terasa seperti siklus yang tiada akhir. Bangun pagi, pergi ke kantor, pulang malam, tidur, dan ulangi semuanya keesokan harinya. Tidak ada yang benar-benar menarik atau memuaskan. Di usiaku yang sekarang, seharusnya aku sudah memiliki hidup yang lebih stabil, tetapi aku malah merasa seperti sedang terombang-ambing.

Aku berbicara dengan ibuku tadi malam. Dia menyarankan agar aku mencari sesuatu yang membuatku bahagia, tidak peduli seberapa kecil hal itu. Katanya, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus kucari jauh-jauh. Itu bisa ada di sekitarku, di dalam hal-hal sederhana yang seringkali aku abaikan. 

Aku memutuskan untuk mencoba saran ibuku. Hari ini aku berjalan-jalan di taman dekat rumah setelah pulang kerja. Sudah lama aku tidak melakukan hal ini. Angin sore yang sejuk, aroma rumput basah, dan suara burung berkicau---rasanya seperti sesuatu yang hilang dalam diriku perlahan-lahan kembali. Aku duduk di bangku taman sambil menikmati suasana. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, aku merasa tenang.

Mungkin benar, hidup ini tidak perlu seberat yang kubayangkan. Mungkin aku terlalu keras pada diriku sendiri.

Tetapi, kadang aku berpikir bahwa kehidupan memang tidak akan lepas dari permasalahan karena sesungguhnya itulah yang membentuk kita menjadi lebih kuat kedepannya. 

Aku selalu yakin bahwa akan ada titik dimana apapun yang kuusahakan hari ini akan kudapatkan di waktu yang tepat nanti karena kita hari ini akan berbeda dengan kita di masa yang akan datang. 

Sumbawa, 23 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun