Di sebuah desa kecil di pinggir hutan, tinggal seorang gadis bernama Maya. Desa itu dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tapi Maya merasa terasing di tempat yang seharusnya membuatnya merasa nyaman. Setiap hari, ia menyusuri jalanan desa yang sepi, menghindari tatapan mata orang-orang yang penasaran dengan kehadirannya.
Maya memiliki satu hobi yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain: ia menyukai mengumpulkan batu. Bagi orang-orang desa, itu adalah kebiasaan aneh, tapi bagi Maya, batu-batu itu lebih dari sekadar benda mati. Setiap batu memiliki cerita dan makna tersendiri, dan Maya merasa seolah setiap batu yang ia temukan adalah bagian dari dirinya yang hilang.
Suatu sore, ketika matahari mulai tenggelam dan langit berubah menjadi oranye keemasan, Maya menemukan batu yang berbeda dari biasanya. Batu itu kecil dan berbentuk hati, dengan corak biru yang memancar lembut di bawah cahaya matahari. Maya merasa ada sesuatu yang istimewa tentang batu itu, seolah batu itu memanggil namanya.
Malam itu, Maya duduk di meja kerjanya dengan batu hati di tangan. Ia membolak-balikkan batu itu sambil merenung, berharap menemukan makna yang tersembunyi di baliknya. Namun, tidak ada penjelasan yang muncul. Ia memutuskan untuk tidur, menyimpan batu itu di samping bantalnya.
Ketika Maya tertidur, ia memasuki sebuah mimpi yang sangat hidup. Dalam mimpi itu, ia berada di sebuah padang bunga yang sangat luas, dan di tengah-tengahnya terdapat seorang pria yang tampan, mengenakan pakaian tradisional yang aneh. Pria itu tampak memandang Maya dengan penuh perhatian, seolah-olah ia telah menunggu kedatangan Maya sejak lama.
Pria itu berkata dengan lembut, "Kau akhirnya datang. Aku telah menunggumu."
Maya terkejut, "Siapa kau? Dan apa yang kau inginkan dariku?"
Pria itu tersenyum, "Aku adalah penjaga batu-batu ini. Batu yang kau temukan adalah bagian dari diriku yang hilang. Aku memerlukan bantuanmu untuk menyatukan kembali bagian-bagian yang terpisah."
Saat pria itu berbicara, Maya merasakan sebuah ikatan yang kuat terbentuk antara mereka. Ia merasa nyaman dan terhubung, seolah-olah mereka telah saling mengenal sejak lama. Namun, tiba-tiba, mimpi itu berakhir, dan Maya terbangun dengan jantung berdegup kencang.
Keesokan paginya, Maya memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang batu hati yang ia temukan. Ia pergi ke perpustakaan desa, sebuah bangunan kecil dengan rak-rak buku yang penuh debu. Di sana, ia menemukan sebuah buku tua tentang mitos dan legenda lokal.
Buku itu menceritakan tentang sebuah legenda kuno yang mengisahkan tentang batu hati yang memiliki kekuatan magis. Batu-batu ini konon adalah bagian dari entitas yang lebih besar, dan hanya seseorang yang murni hatinya dapat menyatukan kembali bagian-bagian yang hilang.
Maya merasa terkejut. Ia tidak pernah percaya pada hal-hal mistis, tapi mimpi yang ia alami terasa begitu nyata. Ia memutuskan untuk mengikuti petunjuk dalam buku tersebut dan mencari batu-batu lainnya.
Hari-hari berlalu, dan Maya semakin mendalami pencariannya. Ia menemukan berbagai batu yang memiliki bentuk dan warna berbeda. Setiap kali ia menemukan batu baru, ia merasa seolah-olah mendapatkan potongan puzzle dari jati dirinya. Ia juga mulai merasa bahwa kehidupannya yang monoton mulai berubah, dan ia menemukan kebahagiaan dalam pencariannya.
Suatu hari, saat sedang menggali di sebuah gua kecil di tepi desa, Maya menemukan sebuah batu yang sangat berbeda dari yang lainnya. Batu itu berkilau dengan warna emas dan memiliki ukiran simbol yang rumit. Saat Maya memegangnya, ia merasa ada kekuatan yang mengalir di dalam dirinya. Ia merasa terhubung kembali dengan pria dalam mimpinya.
Ketika malam tiba, Maya kembali tertidur dengan batu emas di sampingnya. Dalam tidurnya, pria dalam mimpi muncul kembali. Kali ini, ia tidak sendirian. Ada sebuah pemandangan yang menakjubkan di belakangnya---sebuah kerajaan kuno yang diliputi cahaya lembut.
"Bagus sekali," kata pria itu, "Kau telah menemukan batu terakhir yang ku cari."
Maya merasa bingung, "Apa yang harus kulakukan selanjutnya?"
Pria itu tersenyum lembut, "Sekarang kau telah menemukan semua batu, kita bisa menyatukannya. Tapi, ada satu hal yang harus kau ketahui: batu-batu ini bukan hanya milikku, mereka juga milikmu."
Dengan gerakan lembut, pria itu memegang batu-batu yang telah dikumpulkan Maya dan mulai menyatukannya satu per satu. Setiap batu yang disatukan menciptakan sebuah cahaya yang semakin terang, hingga akhirnya menjadi sebuah orb cahaya yang indah.
"Dengan menyatukan batu-batu ini," jelas pria itu, "Kita tidak hanya mengembalikan kekuatan yang hilang, tapi juga menyembuhkan luka yang ada di dalam hati kita. Aku adalah bagian dari dirimu yang hilang, dan kau adalah bagian dari diriku."
Maya terbangun dengan rasa damai yang mendalam. Ia merasa ada sesuatu yang telah berubah dalam dirinya. Keesokan harinya, ia membawa batu-batu yang telah disatukan kembali ke desa. Orang-orang desa melihat cahaya yang memancar dari batu-batu itu dan mulai mendekatinya dengan rasa ingin tahu.
Maya akhirnya merasa diterima di desa. Batu-batu yang dulunya hanya menjadi koleksi pribadinya kini menjadi simbol persatuan dan cinta. Ia tidak hanya menemukan potongan-potongan dari dirinya sendiri, tapi juga menemukan tempat di dunia ini.
Legenda tentang batu hati menjadi cerita yang diceritakan turun-temurun di desa tersebut. Maya tidak hanya dikenal sebagai gadis yang mengumpulkan batu, tapi juga sebagai seseorang yang mengembalikan kebahagiaan dan kedamaian kepada masyarakatnya. Dan meski pria dalam mimpinya tidak pernah muncul lagi, Maya merasa bahwa kehadirannya selalu ada di dalam hatinya, sebagai pengingat bahwa kadang-kadang, dalam pencarian kita, kita menemukan diri kita yang sebenarnya.
Sumbawa, 19 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H