Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Misteri di Balik Jendela Kecil

18 September 2024   14:52 Diperbarui: 18 September 2024   14:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Di sebuah kota kecil yang damai, terdapat sebuah rumah tua yang terletak di sudut jalan yang sepi. Rumah itu dikenal oleh penduduk setempat sebagai "Rumah Tua di Sudut", dan sering menjadi bahan pembicaraan dalam cerita-cerita seram kota tersebut. Ada satu jendela kecil yang terletak di lantai dua rumah itu, dan jendela itu selalu tertutup rapat dengan tirai tebal berwarna merah marun. Tidak ada yang tahu siapa pemilik rumah itu atau mengapa jendela tersebut selalu tertutup, dan misteri inilah yang membuat rumah tersebut begitu menarik.

Aria, seorang gadis remaja berusia enam belas tahun, baru-baru ini pindah ke kota tersebut bersama keluarganya. Keluarganya membeli rumah di dekat Rumah Tua di Sudut, dan Aria langsung merasa tertarik dengan rumah yang misterius itu. Setiap hari, dia akan menatap jendela kecil dari jauh, penasaran dengan apa yang ada di baliknya. Suatu sore, setelah beberapa minggu tinggal di kota tersebut, rasa penasarannya mencapai puncaknya.

Aria memutuskan untuk menyelidiki rumah itu lebih jauh. Dengan membawa senter dan kamera ponselnya, ia pergi ke rumah tersebut pada sore hari, ketika matahari hampir terbenam. Langkahnya terasa ringan saat ia melangkah ke halaman depan rumah, menghindari batu-batu dan semak-semak liar yang tumbuh di sekitar. Dengan hati-hati, ia mendekati pintu utama rumah yang tampak sudah tua dan hampir hancur.

Pintu itu terbuat dari kayu yang sudah lapuk dan hampir tidak bisa ditutup rapat. Aria menariknya sedikit, dan pintu terbuka dengan suara berderit yang menakutkan. Dia melangkah masuk dan menemukan dirinya di sebuah ruang tamu yang penuh dengan perabotan lama yang tertutup debu. Di dinding terdapat lukisan-lukisan pudar yang menggambarkan pemandangan alam dan potret keluarga yang tampak suram. Ruangan itu terasa dingin dan sunyi, dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela kotor yang berdebu.

Aria menaiki tangga yang berderit ke lantai atas, di mana jendela kecil yang misterius berada. Tangga itu terasa goyang di bawah kakinya, dan dia berhati-hati agar tidak membuat suara terlalu keras. Ketika akhirnya ia sampai di lantai dua, dia melihat jendela kecil dari jauh, tertutup rapat dengan tirai merah marun yang tebal.

Dia mendekati jendela dan perlahan-lahan menarik tirai untuk melihat ke dalam. Jendela itu terbuka sedikit, dan Aria melihat ke dalam ruangan yang kecil dan gelap. Di dalamnya terdapat meja kayu tua dengan beberapa benda yang tampak seperti barang-barang antik: jam saku, kotak musik, dan beberapa buku tua yang tersusun rapi di atas meja.

Saat Aria mengamati lebih dekat, dia tiba-tiba mendengar suara seperti bisikan dari belakangnya. Dia berbalik dengan cepat dan melihat seorang pria tua berdiri di pintu ruangan. Pria itu tampak kaget dan sedikit marah, dengan rambut putih dan janggut panjang. Dia mengenakan pakaian yang kuno dan tampak sangat berbeda dari penduduk kota tersebut.

"Siapa kamu dan apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria itu dengan nada suara yang tegas.

Aria merasa terkejut dan sedikit ketakutan, tetapi dia mencoba tetap tenang. "Maafkan saya. Saya hanya penasaran dengan rumah ini dan jendela kecil di lantai dua. Saya tidak bermaksud mengganggu."

Pria tua itu menatapnya dengan tatapan tajam, kemudian menarik napas panjang dan berkata, "Baiklah, jika kamu sudah di sini, aku akan memberitahumu sedikit tentang rumah ini. Aku adalah penjaga rumah ini, dan ada cerita lama yang menyertainya."

Dengan rasa ingin tahu yang semakin besar, Aria memutuskan untuk tetap di sana dan mendengarkan cerita pria tua itu. Mereka duduk di meja kecil di ruangan dan pria itu mulai bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun