Bu Ratna bangkit dari sofanya dan berjalan mendekat. "Tenang, Nak. Duduk dulu. Ceritakan apa yang terjadi."
Mila duduk di kursi yang terletak di dekat pintu, masih berusaha mengatur napasnya. Dengan suara terbata-bata, ia mulai menceritakan apa yang ia alami. Tentang bayangan di cermin, sosok yang muncul di belakangnya, dan sentuhan dingin yang ia rasakan di kamarnya.
Wajah Bu Ratna berubah serius saat mendengarkan cerita Mila. Setelah Mila selesai berbicara, wanita itu menarik napas panjang dan memandang Mila dengan tatapan prihatin.
"Kamu bukan orang pertama yang mengalami hal itu di kamar tersebut," kata Bu Ratna pelan.
Mila terdiam. "Maksud Ibu?"
"Kamar yang kamu tempati itu... sudah lama tidak dihuni. Sebelum kamu, ada beberapa penghuni lain yang juga mengalami hal-hal aneh. Mereka sering merasa diawasi, mendengar suara-suara aneh, dan melihat bayangan di cermin, seperti yang kamu alami."
Mila merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya. "Kenapa kamar itu... seperti itu, Bu? Ada apa sebenarnya?"
Bu Ratna menghela napas panjang. "Sebenarnya, aku sendiri tidak tahu pasti. Tapi, beberapa tahun yang lalu, sebelum kos ini aku kelola, ada seorang gadis yang tinggal di kamar itu. Namanya Sinta. Dia mahasiswa, sama seperti kamu. Suatu malam, dia ditemukan tewas di kamarnya, tepat di depan cermin besar yang sekarang ada di kamar kamu. Tidak ada yang tahu penyebab kematiannya. Beberapa orang bilang dia bunuh diri, tapi tidak ada bukti yang jelas."
Mila merasa perutnya mual mendengar cerita itu. "Dan setelah itu...?"
"Sejak kematian Sinta, kamar itu selalu dihuni oleh sesuatu. Entah apa, tapi semua yang pernah tinggal di sana mengaku melihat sosok yang sama. Sosok yang selalu muncul di cermin."
Mila merasa tubuhnya gemetar. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Jadi, maksud Ibu... kamar itu... berhantu?"