Mila menelan ludah, merasa tubuhnya membeku. Ia berani bersumpah bahwa tidak ada siapa pun di kamarnya selain dirinya. Tapi sosok di cermin itu ada di sana, seolah menjadi bagian dari ruangan, hanya terlihat di pantulan.
Dengan jantung berdegup kencang, Mila perlahan berbalik untuk memastikan. Ketika ia melihat ke arah sudut kamar di mana sosok itu seharusnya berada, ia tidak melihat apa-apa. Kosong. Hanya tembok dan pintu yang sedikit terbuka. Namun, ketika ia kembali memandang cermin, sosok itu masih ada, tetap berdiri di sana.
Kali ini, makhluk itu mulai bergerak. Langkahnya pelan, nyaris tak terdengar, mendekati Mila dari pantulan di cermin. Mila ingin berteriak, tapi tenggorokannya tercekat. Sosok itu terus mendekat, sampai akhirnya berhenti tepat di belakangnya. Mila bisa merasakan hembusan napas dingin di tengkuknya, meski ketika ia menoleh ke belakang, lagi-lagi tidak ada apa-apa.
Tiba-tiba, lampu kamar mendadak padam. Ruangan menjadi gelap gulita. Hanya sisa cahaya bulan yang masuk lewat jendela, membuat siluet samar dari benda-benda di sekitarnya. Mila merasa jantungnya hampir melompat keluar dari dadanya. Ia mencoba mencari ponselnya di meja kecil di samping tempat tidur, tangannya gemetar saat meraba-raba dalam kegelapan. Namun, sebelum ia sempat meraih ponselnya, sesuatu yang dingin dan kasar menyentuh pergelangan tangannya.
Mila tersentak, menarik tangannya dengan cepat. Nafasnya memburu, dan kini ia benar-benar merasa ada seseorang di kamar itu bersamanya. Tubuhnya menggigil ketakutan. Suara napas berat terdengar pelan di telinganya. Sesuatu ada di belakangnya. Sosok itu... ia bisa merasakannya, begitu dekat, begitu nyata.
Mila menutup matanya, berharap semua ini hanya mimpi buruk. Namun, ketika ia membuka mata lagi, pantulan di cermin menunjukkan sosok itu tepat di belakangnya, menunduk seolah berbisik di telinganya. Wajahnya samar, hampir tak berbentuk, hanya dua mata merah yang bersinar menembus kegelapan.
"Tinggalkan aku..." suara serak terdengar dari arah cermin.
Mila tidak bisa lagi menahan diri. Dengan sekuat tenaga, ia melompat dari tempat tidurnya, berlari menuju pintu kamar. Ia membuka pintu dengan gemetar, dan segera keluar dari kamar tanpa menoleh ke belakang. Di lorong yang gelap, ia berlari tanpa henti, menuruni tangga menuju lantai bawah.
Ketika sampai di ruang tengah kos, Mila mendapati pemilik kos, Bu Ratna, sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Wanita itu menoleh kaget melihat Mila yang pucat dan terengah-engah.
"Ada apa, Nak?" tanya Bu Ratna, suaranya terdengar tenang meskipun raut wajahnya tampak khawatir.
"Tolong... tolong Bu... ada sesuatu di kamar saya..." suara Mila gemetar. Ia tidak bisa menjelaskan dengan jelas, tapi ia tahu ada sesuatu yang sangat salah di kamar itu.