Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perbedaan Bukan Alasan untuk Bersatu

2 September 2024   14:30 Diperbarui: 2 September 2024   14:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit malam itu memancarkan warna biru pekat, seolah-olah memeluk semua yang ada di bawahnya dengan kehangatan yang tak terucapkan. Hanya ada sedikit bintang yang berkelip, seperti titik-titik cahaya yang berusaha bertahan di tengah gelapnya malam. Di sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian kota, seorang pemuda berdiri di tepi danau, menatap langit dengan pikiran yang melayang-layang.

Namanya adalah Raka, seorang petani muda yang hidup sendirian di gubuk kecil peninggalan orang tuanya. Sejak kecil, Raka terbiasa dengan kehidupan yang sederhana. Pagi-pagi sekali, dia akan bangun, menggembalakan sapi-sapinya ke padang rumput, kemudian mengurus sawah yang ditinggalkan ayahnya. Raka adalah tipe orang yang menikmati kesendirian, namun dalam hati kecilnya, dia merindukan sesuatu yang lebih. Sesuatu yang lebih dari sekadar rutinitas hariannya yang sunyi.

Malam itu, Raka merasa ada yang berbeda di dalam dirinya. Dia merasakan kegelisahan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Seolah ada sesuatu yang menunggu di luar sana, sesuatu yang menantinya untuk ditemui. Raka menatap jauh ke arah danau yang tenang, permukaannya memantulkan cahaya bulan yang pucat. Dia tidak tahu mengapa, tapi ada dorongan kuat dalam dirinya untuk meninggalkan desa kecilnya dan menjelajah ke tempat yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya.

Pikiran itu menghantuinya sepanjang malam. Ketika pagi menjelang, Raka memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya---dia akan meninggalkan desa itu. Dengan hati yang penuh keraguan namun juga semangat, Raka mengemasi beberapa barang ke dalam ranselnya. Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi, tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan kembali dalam waktu dekat.

Langkah Raka membawanya ke jalan setapak yang belum pernah dia lewati sebelumnya. Jalan itu berliku, menembus hutan-hutan kecil, naik-turun bukit, dan melewati padang rumput yang luas. Sepanjang perjalanan, Raka bertemu dengan berbagai macam orang yang juga sedang dalam perjalanan mereka sendiri. Beberapa dari mereka adalah pedagang, beberapa lagi adalah pengembara seperti dirinya. Mereka semua memiliki cerita mereka sendiri, dan Raka merasa hidupnya semakin kaya dengan setiap kisah yang dia dengar.

Pada suatu malam, ketika Raka sedang beristirahat di bawah sebuah pohon besar, dia bertemu dengan seorang gadis bernama Laila. Laila adalah seorang pengembara, sama seperti Raka, tapi dia memiliki tujuan yang jelas. Dia sedang mencari sebuah desa yang konon tersembunyi di balik pegunungan, sebuah desa yang menurut legenda, adalah tempat di mana langit dan bumi bertemu.

"Apa yang kau cari di sana?" tanya Raka ketika Laila menceritakan tujuannya.

"Aku tidak tahu," jawab Laila dengan senyum yang misterius. "Tapi aku merasa seperti aku harus menemukannya. Mungkin di sana, aku akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang ada di dalam hatiku."

Raka merasa ada kemiripan antara dirinya dan Laila. Keduanya sedang mencari sesuatu, meskipun mereka tidak tahu pasti apa yang mereka cari. Karena itu, Raka memutuskan untuk bergabung dengan Laila dalam pencariannya. Mereka berdua melanjutkan perjalanan bersama, menelusuri jalan-jalan setapak, mendaki bukit-bukit terjal, dan melewati lembah-lembah yang sunyi.

Hari demi hari berlalu, dan Raka semakin merasa bahwa perjalanannya bukan hanya tentang mencari desa tersembunyi itu, tapi juga tentang menemukan dirinya sendiri. Setiap langkah yang dia ambil, setiap pemandangan indah yang dia lihat, dan setiap percakapan dengan Laila membuatnya semakin sadar bahwa dunia ini begitu luas dan penuh dengan keajaiban.

Namun, semakin mereka mendekati pegunungan yang menjadi tujuan mereka, semakin sulit perjalanan yang harus mereka tempuh. Jalannya semakin sempit dan berbatu, dan cuaca semakin dingin. Raka dan Laila sering kali harus berhenti untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga. Namun, meskipun perjalanan itu berat, mereka tidak pernah menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun