Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Janji Sebelum Perpisahan dan Kepergian

26 Agustus 2024   17:46 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:53 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perpisahan. (Sumber: Pixabay/bruce lam)

Senja di kota kecil itu selalu memiliki pesona yang berbeda. Langitnya yang oranye bercampur merah jambu seolah menari dalam warna-warna yang tak tertandingi. 

Bagi Tania, senja adalah saat yang selalu dinantikannya. Setiap hari, saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, dia akan duduk di tepi danau dekat rumahnya, menatap air yang memantulkan langit.

Namun, sore itu, ada sesuatu yang berbeda. Rasa gelisah menyelusup ke dalam hatinya, seakan angin senja membawa kabar buruk yang belum dia ketahui. Tania mencoba mengabaikan perasaan itu, kembali memusatkan perhatian pada bayangan langit di air danau yang tenang.

"Masih suka memandangi senja, Tan?" Suara lembut seorang pria memecah keheningan.

Tania tersentak. Dia mengenali suara itu dengan baik. "Ardi!" Dia berbalik dan mendapati Ardi berdiri tak jauh darinya, dengan senyum yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar.

Ardi, teman masa kecilnya yang kini menjadi lebih dari sekadar teman. Sejak mereka menghabiskan waktu bersama di bangku SMA, hubungan mereka berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih personal, dan lebih berarti.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Tania sambil mencoba menutupi kegembiraan di balik raut wajahnya.

Ardi mengangkat bahu. "Aku ingin menemanimu melihat senja. Lagi pula, kita sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama."

Tania mengangguk pelan. Memang, kesibukan mereka berdua membuat pertemuan seperti ini menjadi langka. Ardi kini bekerja di kota besar, jauh dari kota kecil mereka. Setiap kali dia pulang, Tania selalu menanti momen seperti ini---momen di mana mereka bisa kembali seperti dulu, meski hanya sesaat.

"Bagaimana pekerjaanmu di Jakarta?" tanya Tania setelah beberapa saat keheningan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun