Senja mulai turun di ujung kota, mewarnai langit dengan semburat oranye keemasan. Di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di antara bangunan-bangunan tua, Raka duduk sendirian, menikmati secangkir kopi hitam. Dia menunggu seseorang, seseorang yang sudah lama tak ia temui.
Hanya dengan suara pintu kafe yang terbuka, hatinya berdebar lebih cepat. Seketika, Lila muncul, dengan senyuman yang sama hangatnya seperti dulu. Mereka berdua pernah menghabiskan banyak waktu di sini, di tempat yang penuh kenangan.
"Raka," sapanya, seraya menarik kursi dan duduk di hadapannya.
"Lila," jawab Raka, mencoba menahan perasaannya yang bergemuruh. Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat, membiarkan keheningan mengisi ruang di antara mereka.
"Sudah lama, ya," kata Lila, memecah kesunyian.
"Iya, sudah terlalu lama," jawab Raka.
Dulu, mereka berdua pernah jatuh cinta. Namun, waktu dan jarak memisahkan mereka, dan takdir membawa mereka ke arah yang berbeda. Raka pindah ke kota lain untuk mengejar kariernya, sementara Lila tetap di kota kecil ini, merawat keluarga dan menjalani kehidupannya.
"Kenapa kamu kembali?" tanya Lila lembut, meski dalam hatinya, ia sudah tahu jawabannya.
"Aku ingin melihatmu," Raka mengaku, "Aku selalu memikirkanmu, Lila."
Lila tersenyum samar. "Raka, banyak hal telah berubah. Aku sudah menikah sekarang."
Raka tersentak, meskipun ia sudah menduga. "Aku tahu," katanya, suaranya nyaris berbisik. "Tapi aku hanya ingin tahu apakah kamu bahagia."