Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen, Sang Permata Kalbu

11 Agustus 2024   21:44 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:47 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang Permata Kalbu

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang gadis muda bernama Ayu. Wajahnya sederhana, dengan mata yang selalu menunduk dan senyum yang jarang terlihat. Orang-orang di desa itu menganggap Ayu biasa saja, tak ada yang istimewa dari dirinya. Namun, mereka tidak tahu bahwa di dalam hatinya tersembunyi permata yang berkilau terang.

Ayu adalah anak yatim piatu yang tumbuh dalam kesederhanaan. Meski demikian, ia selalu penuh cinta dan perhatian kepada sesama. Di balik kelembutannya, Ayu memiliki jiwa yang kuat dan ketulusan yang tak ternilai. Ia sering membantu para tetangga tanpa mengharapkan imbalan, membuatkan makanan untuk yang lapar, dan merawat yang sakit dengan penuh kasih sayang.

Suatu hari, desa itu kedatangan seorang pemuda kaya raya bernama Prasetyo. Ia datang untuk mencari sesuatu yang hilang---harta karun yang konon tersembunyi di desa itu. Prasetyo adalah pria tampan dan cerdas, tetapi ia tidak percaya pada hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh mata. Bagi Prasetyo, hanya emas, perak, dan permata yang memiliki nilai.

Mendengar cerita tentang harta karun yang tersembunyi, Prasetyo segera mulai mencari. Ia menggali di berbagai tempat, bertanya kepada penduduk desa, dan tidak pernah lelah dalam pencariannya. Namun, seberapa keras ia berusaha, Prasetyo tidak menemukan apapun.

Suatu sore, setelah berhari-hari mencari tanpa hasil, Prasetyo bertemu dengan Ayu di pinggir sungai. Ayu sedang mengumpulkan air untuk para lansia di desa. Melihatnya yang penuh perhatian, Prasetyo merasa ada yang berbeda dari gadis ini. Meski tampak lemah lembut, ada kekuatan yang terpancar dari dalam dirinya, sesuatu yang tidak pernah ia temui sebelumnya.

Tanpa sadar, Prasetyo mulai sering menghabiskan waktu bersama Ayu. Ia terpesona oleh kebaikan hati dan ketulusan gadis itu. Setiap kata yang diucapkan Ayu seperti menyingkap tabir di hati Prasetyo, yang selama ini tertutup oleh ambisinya akan harta dan kekayaan. Prasetyo mulai menyadari bahwa tidak semua harta bisa dilihat dengan mata telanjang.

Suatu hari, saat matahari tenggelam di balik pegunungan, Prasetyo duduk bersama Ayu di tepi sungai. Ia menatap mata Ayu yang jernih dan berkata, "Ayu, aku telah mencari harta karun di desa ini, tetapi aku tidak menemukannya. Namun, sekarang aku menyadari bahwa harta yang sesungguhnya adalah sesuatu yang tidak bisa diukur dengan emas atau perak. Kau adalah permata yang sesungguhnya, Ayu---Sang Permata Kalbu yang memancarkan cahaya dari dalam hatimu."

Ayu tersenyum, matanya berkilau dalam cahaya senja. "Permata di dalam hati setiap orang, Prasetyo, adalah ketulusan dan kebaikan. Harta yang tak ternilai adalah cinta yang murni dan kasih sayang yang kita berikan kepada sesama."

Prasetyo akhirnya menemukan harta karun yang ia cari---bukan dalam bentuk kekayaan duniawi, tetapi dalam bentuk cinta dan kebijaksanaan yang ia temukan di dalam diri Ayu. Ia memutuskan untuk tinggal di desa itu, menjalani hidup sederhana bersama Ayu, dan belajar bahwa kebahagiaan sejati bukanlah soal memiliki, tetapi soal memberi.

Dan demikianlah, Ayu yang sederhana menjadi cahaya dalam hidup Prasetyo, mengajarkannya bahwa permata paling berharga adalah yang bersemayam di dalam hati.

Sumbawa, 11 Agustus 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun