Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Suara dari Lantai Atas

9 Agustus 2024   10:59 Diperbarui: 9 Agustus 2024   12:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara dari Lantai Atas

Dini hari itu, Nina terbangun oleh suara aneh dari lantai atas rumahnya. Rumah tua warisan keluarganya memang sering mengeluarkan suara-suara tak biasa, namun kali ini berbeda. Suara itu terdengar seperti langkah kaki berat yang mondar-mandir tanpa henti.

Nina mencoba mengabaikan dan kembali tidur, tapi suara itu semakin keras. Dengan rasa penasaran yang tak terbendung, ia memutuskan untuk memeriksanya. Ia mengambil senter dan menaiki tangga perlahan, setiap langkahnya membuat lantai kayu berderit pelan.

Ketika sampai di lantai atas, suara langkah itu berhenti. Semua pintu kamar tertutup rapat. Nina menghela napas lega, mengira mungkin hanya perasaannya saja. Namun, saat ia berbalik untuk kembali ke bawah, suara langkah itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat dan lebih jelas.

Nina merasa jantungnya berdegup kencang. Ia memutuskan untuk membuka satu pintu kamar. Ketika pintu terbuka, ruangan itu gelap dan kosong, tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang. Ia menyalakan senter, memeriksa setiap sudut, tapi tidak menemukan apa-apa.

Tiba-tiba, senter yang dipegangnya mati. Ruangan menjadi gelap gulita. Di tengah kepanikan, Nina mencoba menyalakannya kembali, tapi sia-sia. Saat itulah ia merasakan ada sesuatu yang berdiri di belakangnya, menghembuskan napas dingin di tengkuknya.

Dengan cepat, Nina menoleh, namun tidak ada siapa-siapa. Ia berlari keluar dari kamar dan menuju tangga. Namun, sebelum ia mencapai tangga, pintu kamar di sebelahnya terbuka perlahan dengan suara mengerikan. Dari celah pintu, terlihat bayangan seseorang berdiri, dengan mata merah menyala menatapnya.

Nina menjerit dan berlari menuruni tangga. Namun, ketika ia sampai di ruang tamu, suasana berubah. Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi oleh kabut tebal, dan dari dalam kabut, muncul bayangan-bayangan menyeramkan yang berjalan mendekatinya. Mereka berbisik, "Kamu tidak bisa lari dari kami."

Nina mencoba berlari ke pintu depan, tapi kakinya terasa berat seperti terikat oleh sesuatu yang tak terlihat. Kabut semakin tebal, dan bayangan-bayangan itu semakin dekat. Mereka mengulurkan tangan, mencoba meraih Nina. Dengan sekuat tenaga, Nina berteriak dan meronta, namun sia-sia.

Dalam kepanikan, tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Nina tersadar, ia terbaring di tempat tidurnya dengan keringat dingin mengucur di wajah. Ia melihat sekeliling, kamar tidurnya tampak normal. "Hanya mimpi buruk," pikirnya.

Namun, ketika ia hendak bangun dari tempat tidur, ia mendengar suara langkah kaki dari lantai atas lagi. Suara itu semakin mendekat, diiringi oleh suara bisikan, "Ini bukan mimpi, Nina. Kami selalu ada di sini."

Sumbawa, 9 Agustus 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun