Di bawah terik matahari pagi, Pak Cipto, seorang tukang becak tua, mengayuh becaknya dengan penuh semangat. Wajahnya yang penuh keriput dihiasi senyum ceria, meskipun bajunya lusuh dan becaknya sudah berkarat.
Pagi itu, Pak Cipto mendapatkan penumpang pertama, seorang wanita muda yang cantik dan modis. Wanita itu ingin pergi ke pasar yang cukup jauh.
"Pak Cipto, tolong antar saya ke Pasar Baru ya," kata wanita itu dengan suara yang lembut.
"Baiklah, Nyonya," jawab Pak Cipto dengan ramah.
Pak Cipto mengayuh becaknya dengan sekuat tenaga, berusaha mengantarkan wanita itu ke pasar secepat mungkin. Di sepanjang perjalanan, Pak Cipto dan wanita itu terlibat dalam perbincangan yang hangat. Wanita itu menceritakan tentang pekerjaannya sebagai guru di sebuah sekolah dasar, dan Pak Cipto menceritakan tentang kehidupan sehari-harinya sebagai tukang becak.
Sesampainya di Pasar Baru, wanita itu turun dari becak dan hendak membayar ongkos.
"Berapa ongkosnya, Pak Cipto?" tanya wanita itu.
"Rp. 20.000, Nyonya," jawab Pak Cipto.
Wanita itu mengeluarkan uang Rp. 20.000 dari dompetnya dan memberikannya kepada Pak Cipto.
"Terima kasih, Pak Cipto," kata wanita itu.
"Sama-sama, Nyonya," jawab Pak Cipto.