Ironi kesenjangan sosial
Di jalanan yang berdebu
langkah kaki kecil
melangkah tertatih
Memikul kardus lusuh
mencari sesuap nasi
di tengah hiruk pikuk
kota yang tak peduli.
Di balik gemerlap
gedung pencakar langit
tawa dan pesta
tiada henti
Sementara di lorong-lorong sempit
tangisan pilu menggema
diiringi rasa lapar yang tak terperi.
Di tangan-tangan kecil
buku hanya mimpi
Masa depan terenggut
oleh belenggu kemiskinan
yang tak kunjung pergi.
Di kursi empuk ruang rapat
kebijakan dibuat
tanpa henti
Namun aroma rakyat
miskin tak tercium
bagaikan debu yang
tak pernah diperhatikan.
Ironi, oh ironi, kesenjangan
bagai jurang yang
tak terjembatani
Di satu sisi kelimpahan
di sisi lain nestapa
yang tak terpatri.
Poetry by Marisa Fitri
Sumbawa, 18 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H