Mohon tunggu...
marisa diahsetiyawati
marisa diahsetiyawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Fight limitations

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Integrasi Antar Masyarakat dalam Agama Islam terhadap Tradisi dan Budaya di Jawa Tengah

24 Juni 2019   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2019   11:18 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nyadran yang disini dilakukan oleh warga pada saat menyambut bulan Ramadhan, ada juga yang melakukan nyadran pada setiap hari ke-10 bulan rajab dan pada saat datangnya bulan Sya'ban dengan menyediakan berupa kenduri slametan, pembersihan di area makam, dengan mendoakan roh yang telah meninggal dunia di area sekitar makam, dan ada juga yang memberikan makanan berupa masakan kepada orang yang lebih tua seperti kakek,orang tua dan kakak setelah nyadran selesai. Hal tersebut merupakan perpaduan antara agama dengan budaya jawa dilihat sodaqoh dan juga untuk mempererat silaturahmi antar keluarga.

Adapula tradisi mitoni (tujuh hari) yang berawal dari kata dari bahasa Jawa Mitu atau pitu yang artinya tujuh. Dan dijabarkan lebih luas oleh masyarakat arti pitulung atau pitulungan yang artinya pertolongan. Jadi maksud dari tradisi karena masyarakat meyakini bahwa di usia kandungan tujuh bulan kita sebagai manusia untuk terus meminta pertolongan kepada Allah SWT untuk keselamatan untu bayi dan ibu bayi. 

Di wilayah Magelang masih lestari hingga saat ini, tradisi ini tergolong dengan tradisi slametan lainnya akan tetapi lebih spesifiknya dikhususkan untuk ibu hamil pada usia tujuh bulan didalam kandungan. 

Maksud dari tradisi ini yakni sebagai bentuk doa agar diberi keselamatan untuk ibu bayi dan bayi dalam kandungan agar selamat dan dilancarkan dalam proses babaran dalam istilah jawa yang artinya melahirkan. 

Sebab, dalam usia tujuh bulan si jabang bayi sudah mulai mempersiapkan diri untuk lahir kedunia. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat dengan mengundang warga untuk diminta datang kerumah dan mendoakan sebagai bentuk slametan untuk si jabang bayi. 

Adanya mitoni tidak bisa dilakukan kapan saja melainkan di waktu tujuh bulan saja, budaya ini dilakukan pada waktu tertentu saja dalam arti tergantung ada tidaknya ibu hamil yang ada di daerah tersebut.

Menarik kesimpulan dari penjabaran diatas menandakan bahwa orang Jawa  masih tetap melestarikan kebudayaan Islam terutama diwilayah Magelang Jawa Tengah meskipun caranya terdapat perbedaan dengan wilayah yang lain, akan tetapi masih tetap melestarikan kebudayaan Islam Jawanya yang masih kental yang dilakukan oleh masyarakatnya berupa Slametan, Mitoni dan yang lainnya. 

Dari kebudayaan tersebut memiliki simbol atau makna tertentu untuk meminta keselamatan untuk umat manusia kepada Allah SWT dan juga mempererat silaturahmi antar sesama warga. Jadi, hubungan antara Islam dengan budaya jawa masih sangat erat hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun