Sepanjang perjalanan pulang, air mata terus mengalir di pipi Rani. Kenangan indah mereka berdua kini terasa seperti duri yang menusuk hatinya. Dia merasa dikhianati oleh orang yang paling dia percayai.
Hari-hari berikutnya terasa seperti neraka bagi Rani. Ia mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya selalu kembali pada Raka. Pesan dan panggilan dari Raka terus berdatangan, tetapi Rani tidak pernah membalas. Dia tahu, tidak ada kata-kata yang bisa memperbaiki luka di hatinya.
Hingga suatu hari, Rani memutuskan untuk pergi ke pantai yang sering mereka kunjungi bersama. Pantai itu adalah tempat di mana mereka pernah bermimpi tentang masa depan. Kali ini, Rani datang sendirian. Dia duduk di atas pasir, memandangi ombak yang berdebur di kejauhan.
Di sana, Rani menyadari sesuatu. Kecewa memang menyakitkan, tetapi dia tidak ingin terus tenggelam dalam rasa sakit itu. Hidupnya terlalu berharga untuk dihabiskan dengan meratapi seseorang yang tidak menghargainya.
Dengan perlahan, Rani mulai bangkit. Dia belajar untuk memaafkan, bukan demi Raka, tetapi demi dirinya sendiri. Dia tahu, memaafkan adalah langkah pertama untuk melanjutkan hidup.
Rani meninggalkan pantai itu dengan hati yang lebih ringan. Dia tahu, perjalanan untuk pulih tidak akan mudah. Tetapi dia yakin, suatu hari nanti, dia akan menemukan kebahagiaan yang layak untuknya.
Kekecewaan itu, meski pahit, telah mengajarkan Rani untuk lebih mencintai dirinya sendiri. Sebab, di balik setiap luka, selalu ada pelajaran yang membuat kita lebih kuat.
Sumbawa, 13 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H